BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Dalam
Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah sudah menjadi harapan setiap guru agar
siswa-siswanya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam pencapain tujuan
pembelajaran, namun pada kenyataannya tidak selalu merujuk kepada apa yang
diharapkan.
Kesulitan
belajar merupakan ketidak mampuan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan oleh
faktor dari dalam diri siswa yang mencakup pemahamam siswa, serta kesulitan
tersebut termasuk faktor penghalang yang bukan merupakan kesalahan dari siswa,
dengan demikian guru tidak boleh menghukum anak di karenakan sulit memahaminya.
Dengan demikian kesulitan belajar siswa berpengaruh besar terhadap hasil
belajar siswa dan begitu pula siswa yang memiliki kemampuan atau siswa yang tidak
memiliki kesulitan ia lebih mudah untuk memahami isi pelajaran yang disampaikan
oleh gurunya.”Kesulitan belajar adalah suatau gangguan dalam satua atau lebih
dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa
ajaran atau tulisan”
Setiap proses belajar mengajar yang
berlangsung,guru sering menghadapi permasalahan yaitu adanya peserta didik yang
tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancer, dan ada pula siswa yang
memperoleh prestasi belajar yang rendah meskipun telah di usahakan untuk
belajar dengan sebaik-baiknya. Maka dalam hal ini guru perlu mempelajri dan
memahami yang utuh tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan guru
perlu memberikan bantuan dan bimbingan terhadap siswa tersebut.
Jika anak beraulitan belajar barada
dalam kelas dengan suasana belajar kompetitif semacam itu maka dapat di
ramalkan bahwan mereka akan menjadi anak yang putus asa yang tidak hanya
berakibat buruk bagi pencapaian prestasi belajar yang optimal tetapi juga
berakibat buruk bagi pembentukan kepribadiannya.
Oleh karena itu guru perlu banyak
memiliki ilmu pengetahuan yang dapat di gunakan sebagaimana bekal dalam
menciptakan strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran tetapi juga efektif untuk membangun kepribadian yang sehat
pada anak.
Adapun cara guru untuk menghadapi
siswa yang kesulitan belajar yaitu dengan cara membujuk atau membujuk atau
memberikan motivasi yang lebih kuat agar siswa tersebut lebih bersemangat dalam
belajar. Dengan demikian penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul
”Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTsN Geumpang”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas
maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana bentuk-bentuk kesulitan
belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada MTsN Geumpang?
2. Kendala-kendala apa saja yang
dihadapiGuru dalam mengatasi kesulitan Belajar siswa di MTsN Geumpang?
3. Bagaimana Strategi Guru dalam
Menghadapai Kesulitan belajar siswa di MTsN Geumpang?
C. Penjelasan Istilah
Untuk menghadapi kesalahan
pamahaman, dalam menyusun sebuah karya ilmiah, maka penulisan peru menjelaskan
beberapa kata istilah yang ada hubungan dengan judul skripsi ini yaitu sebagai
berikut :
1. Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ”keadaan
yang sulit atau kesukaran dalam menghadapi kesesahan”. Sedangka Belajar
merupakan ”perubahan dalam kepribadian yang di manifestasikan sebagai pola
respon yang baru berbentuk ketrampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan dan
kecepatan.” Jadi kesulita belajar yang penulis maksud adalah kesukaran siswa
dalam memahami isi pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan siswa berusaha untuk
memahaminya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Siswa
Siswa atau peserta didik merupakan ”
anggota masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan diri melalui proses
pendidikan pada jenjang dan jenis pendidikan, secara istilah siswa di artikan
pelajaran sedang menuntut ilmu.”
Jadi siswa yang penulis maksud
adalah siswa yang belajar pada MTsN Geumpang.
3. Pembelajaran
Pembelajaran adalah ”proses,cara,
perbuatan menjadi orang tau makhluk hidup belajar.” Pembelajaran maksudny suatu
proses atau cara mendidik manusia dalam belajar mengajar.
4. Al-Qur’an Hadits
Al-Qur’an merupakan bagian dari mata
pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan pada Madrasah Tsanawiyah
yang bertujuan untuk memahami dan mengmalkan Al-Qur’an, sehingga mampu membaca
dengan fasih,menerjemahkan,menyimpulkan isi kandungan dan menghafalkan
ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits-hadits pilihan dalam
kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an hadits yang dimaksudkan disini adalah mata
pelajaran yang dipelajari di MTsN Geumpang dan merupakan pecahan mata pelajaran
dari Pendidikan Agama Islam.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok persoalan diatas
maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk-bentuk
kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada MTsN Geumpang.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala
yang dihadapi Guru dalam mengatasi kesulitan Belajar siswa di MTsN Geumpang.
3. Untuk mengetahui Strategi guru dalam
Menghadapi kesulitan belajar siswa pada MTsN Geumpang.
Demikian tujuan penelitian yang
hendak penulis teliti terhadap permasalahan ini.
E. Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan
yang masih harus diuji kebenrannya secara empiric (Pengalaman), sedang menurut
Suharsimi Arikunto yang dikutip dalam buku metodologi penelitian dan social
menyatakan hipotesis adalah ”sebagai jawaban sementara terhadap persoalan
penelitian sebelum pengumpulan data.”
Jadi hipotesis dalam penelitian
adalah sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar yang
berlangsung di MTsN Geumpang belum sepenuhnya berjalan dengan lancar.
2. Banyak faktor yang menghambat
kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits, seperti cara
membedakan huruf-huruf dalam bacaan Al-Qur’an.
BAB
II
KESULITAN
BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AL_QUR’AN HADITS
A. Pengertian
Kesulitan Belajar dan Macam-macamnya
1. Pengertian
Kesulitan Belajar
Dalam
setiap kehidupan manusia pasti akan selalu terjadi sesuatu perkembangannya dan
setiap manusia akan selalu menikmati dan merasakan setiap hal yang memang sudah
menjadikan nasibnya seperti halnya masalah kesulitan dalam hidup manusia.
Kesulitan belajar atau learning disabilities
adalah:
Hambatan atau
gangguan belajar pada anak dan remja yang ditandai oleh adanya kesenjagan yang
signifikasi antara taraf intelegensi dan
kemampuan akademik yang seharusnya dicapai dan hal ini disebabkan oleh gangguan
di dalam system saraf pusat otak (gangguan neurobiologist)
yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan
Sedangkan
menueut Abdurahman mendefinisikan kesulitan belajar adalah ”suatu gangguan
dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan
penggunaan bahasa atau tulisan.
Jadi
dalam proses belajar yang dihadapi oleh siswa banyak kesulitan yang didapatkan
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang disebutkan oleh kurangnya kemampuan
dalam memahaminya. Menurut Ahmadi dan supriyono yang diikuti dalam buku
psikologi belajar mengatakan bahwa ”kesulitan belajar adalah suatu keadaan di
mana siswa atau anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya Jadi dari kesulitan di atas dapat dipahami
bahwa kesulitan belajar siswa merupakan hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam
pembelajaran Al –Qur’an Hadits dan berdampak buruk bagi perkembangan hidupnya
karena siswa dapat belajar tanpa bimbingan dari seorang pendidik akan lebih
sukar dalam memahami pembelajaran seehingga siswa tersebut mengalami kesulitan
dalam belajar Al-Qur’an Hadits, dan pencapaian hasil belajar yang dimilikinya
tidak memuaskan dalam pembelajaran tersebut.
2. Macam-macam
kesulitan belajar
Dalam
proses belajar Al-Qur’an Hadits banyak kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam
memahami isi pembelajaran yang diberikan oleh gurunyaa. Adapun kesulitan belajar tersebut dapat dibagi
menjadi tiga macam yaitu: (1) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa.
(2)Permasalahan dalam kemampuan akademik. (3) Kesulitan lainnya yang mencakup kesulitan
dalam mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang
belum dicakup oleh kedua katagori di atas Jadi untuk lebih jelasnya tentang apa yang
disebutkan di atas maka penulis akan mencoba untuk menguraikannya secara rinci.
a. Kesulitan
dalam bebicara dan berbahasa
Kesulitan
dalam bebicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan
belajar yang dialami seorang anak. Dan orang mengalami kesulitan jenis ini
menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yng tetap,
berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar atau
memahami apa yang orang lain katakana.
Berdasarkan
definisi kesulitan atau gangguan maka dapat diringkas ciri-cirinya sebagai
berikut: anak yang mengalami keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa
yaitu Anak-anak yang mengalami gangguan ini biasanya mengalami masalah dalam
mengucapkan sesuatu dengan tetap, dan ada juga anak keterlambatan dalam hal
mengeskspresikan pikiran atau gagasannya melalui bahasa yang baik dan benar,
sebagian anak yang menderita kesulita berbahasa semacam ini mengalami kesulitan
dalam mengekspresikan dirinya saat berbicara, begitu juga hal keterlambatan
dalam pemahaman bahasa, sebagai orang menemui kendala dalam mencerna apa yang
diucapkan orang lain. Kendala ini terjadi ketika otak mereka berada pada
frekwensi yang berbeda, dan system penerimaannya sedang tidak berfungsi atau
lemah.
b. Permasalahan
dalam hal kemampuan akademik
Siswa
mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya
demi meningkatkan kemampuan membaca menulis dan behitung. Seorang dikatakan
mengalami gangguan apabila dapat:
a) Memusatkan
oehatian pada huruf-huruf yang tertulis serta mengendalikan gerakan mata dengan
menjelajahi tiap halaman.
b) Mengenali
bunyi tiap-tiap huruf atau gabungan huruf
c) Memahami
makna kata-kata, tata bahasa, dan susunan kalimatnya.
d) Menciptakan
ide-ide dan gagasan baru
e) Membandingkan
ide-ide baru dengan yang telah anda ketahui
f) Mengingat
berbagai hal dalam benak anda.
c.
Kesulitan
lainnya yang mencakup kesulitan dalam mengorganisasi gerakan anggota tubuh
serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua katagori di atas.
Kesulitan ini mencakup gangguan keordinasi tubuh yang pada gilirannya dapat
mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, lemahnya daya ingat dan kurang mampu
dalam hal menghafal. Seperti halnya tentang kesulitan yang dirasakan oleh anak
didik dapat dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
(a) Keterlambatan
dalam Hal membaca
1. Dilihat
dari jenis kesulitan belajar
1) Ada
yang berat
2) Ada
yang sedang
2. Dilihat
dari mata pelajaran yang dipelajari:
1) Ada
yang sebagai mata pelajaran
2) Ada
yang sifatnya sementara
3. Dilihat
dari sifat kesulitannya:
1) Ada
yang sifatnya menetap
2) Ada
yang sifatnya sementara
4. Dilihat
dari segi faktor penyebabnya:
1) Ada
yang karena faktor inteligensi
2) Ada
yang karena faktor non-inteligensi
(b) Keterlambatan
dalam hal Menulis
Menulis
juga memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak. Bagian-bagian otak
yang mengantarkan perbendaharaan kata, tata bahasa, gerakan tangan, dan ingatan
harus berada dalam kondisi serta koordinasi yang baik permasalahan dalam hal
ini dapat mengakibatkan gangguan dalam kemampuan siswa.
(c) Keterlambatan
dalam hal berhitung
Bila seorang
siswa meragukan bahwa berhitung merupakan sesuatau yang rumit, coba bayangkan
langkah-langkah yang dilakukan untuk memecahkan hitungan yang sederhana. Dari
kutipan diatas dapat dipahani bermacam-macam kesulitan yang di hadapi oleh
siswa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadits seperti disebutkan di atas dan
apabila suatu sekolah kurangnya sarana atau prasarana, tenaga guru yang apa
adanya itu dapat berpengaruh kepada siswa dalam proses belajar Al-Qur’an
Hadits. Maka oleh karena itu kesulitan belajar itu adalah suatu kondisi di mana
anak didik tidak dapat secara wajar disebabkan ada ancaman, atau hambatan
ataupun gangguan dalam belajar.
B. Kesulitan Dalam
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Kesulitan
belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis
dasar yang mebcakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan,
gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar,
berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Sedangkan menurut
Lovit yang dikutip dalam buku yang sama ia mengatakan bahwa ”Kesulitan belajar
khusus adalah suatu kondisi kronis yang di duga bersumber neurologis yang secara selektif
menganggu perkembangan integrasi atau kemampuan verbal atau non verbal.
Jadi
dari kedua kutipan di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar khusus dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah segi membaca. Bacaan huruf dalam Al-Qur’an
dan tidak dapat membedakan tempat-tempat keluar huruf-huruf Al-Qur’an,
sementara itu dalam pembelajaran yang lain apabila dalam menghafalkan huruf
atau menggejakan bacaacnnya tidak berpengaruh dan tidak berdosa dalam
bacaannya,tetapi kalau dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits apabila bacaannya
salah dibaca maka berdosa dan mengandung makna yang berbeda. Adpun tanda-tanda
kesulitan belajar yang sangat bervariasi dan tergantung pada usia anak yaitu:
1.
Keterlambatan
berbicara jika dibandikan dengan seusianya.
2.
Adanya kesulitan
dalam pengucapan kata
3.
Kemampuan
penguasaan jumlah kata yang minim
4.
Seringkali tidak
mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat
5.
Kesulitan untuk
mempelajari dan mengenali, angka, huruf
6.
Mengalami
kesulitan dalam menghubungkan kata dalam suatu kalimat
7.
Kegelisahan yang
sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya
8.
Kesulitan
berinteraksi dengan anak seusianya.
9.
Menunjukkan
kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk
10. Menghindari
pekerjaan tertentu seperti menggambarkan.
Dari
kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar guru
Al-Qur’an Hadits perlu melihat siswa-siswi yang berkesulitan belajar agar dapat
diberi bimbingan yang lebih baik dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits,dan siswa
mudah untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Maka
oleh karena itu guru perlu banyak mengetahui tentang teori bagi siswa yang
berkesulitan dalam belajar dan anak yang berkesulitan belajar memerlukan banyak
dukungan pada tiap tahapan belajar untuk siswa lebih mengetahuinya.
Ada
beberapa teori behaviora yang perlu diterapkan bagi siswa yang berkesulitan
belajar yaitu: 1) pembelajaran lanngsung guru perlu memahami cara melakukan
analisis tugas-tugas tersebut secara berurutan. 2) pendekatan pembelajaran
langsung dapat digunakan dengan berbagai pendekatan lain. 3) Jika guru memiliki
pengetahuan tentang kekhususan gaya belajar dan kesulitan belajar anak. 4)
pembelajaran langsung dapat menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan pendekatan
yang didasarkan atas gaya belajar anak.5) Tahapan belajar anak harus
dipertimbangkan.6) Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan
konsep yang sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan.
Dari
kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar guru perlu
memahami cara memberikan tugas-tugas kepada siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an
Hadits karena dengan adanya tugas akan membantu bagi siswa yang berkesulitan
dalam belajar dan guru perlu banyak usaha bagi siswa yang berkesulitan belajar
untuk membantu bagi siswa dalam belajar.
C.
Kurikulum
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Guru
sebagai pendidik di lingkungan sekolah harus dapat memberikan suasana belajar
yang lebih menyenangkan bagi siswa dan guru harus mempersiapkan terlebih dahulu
tentang isi pembelajaran yang ingin disampaikannya sebagai rencana dalam proses
belajar mengajar.
”kurikulum
pada hakikatnya adalah rencana yang menjadi panduan dalam menyelenggarakan
proses pendidikan. Sebelum abad ke 20 istilah kurikulum belum banyak digunakan
dalam kontek pendidikan.
Adapun
pengertian kurikulum menurut Saylor, Alexander, and Lewis membuat kategorinya
adalah sebagai berikut:
”(1)Kurikulum
sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran (2) Kurikulum sebagai pengalaman
belajar (3)Kurikulum sebagai rencana belajar.”
Jadi
untuk lebih mudah dipahami kategori tersebut maka penulis mencoba untuk
menguraikannya yaitu:
1. Kurikulum
sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran
”Secara
tradisional istilah kurikulum dapat diartikan sebagai rencana tentengan
sejumlah mata pelajaran atau bahan ajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga
pendidikan untuk dipelajari oleh siswa dalam mengikuti pendidikan di lembaga
itu.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa kurikulum dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan
suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh lembaga departemen dn tidak
boleh untuk dirobah.
Dalam
proses pendidikan di sekolah pada kenyataannya banyak berbagai kegiatan yang
sangat bermanfaat dalam menunjang proses pembentukan kepribadian siswa dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan kurikulum seperti guru memberikan
kurikulum tentang istilah KO-kurikulum yang membawa siswa kepada tempat praktek
atau ke laboratorium, sehingga dengan adanya kurikulum tersebut siswa lebih
senang dan mudah untuk memahami pembelajaran Al-Qur’an
2. Kurikulum
sebagai pengalaman belajar
Kurikulum
sebagai pengalaman belajar merupakan kurikulum yang dianggap sebagai
keseluruhan pengalaman belajar yang diperoleh siswa atas tanggung jawab
sekolah. Pengalaman belajar itu bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan bisa
pula berbagai kegiatan lain yang dianggap dapat memberi pengalaman belajar yang
lebih bermanfaat. Menurut Stratemeyer, Forkner dan Mckim yang dikutip dalam
buku pengembangan kurikulum di sekolah mereka mengartikan kurikulum tiga cara
yaiyu:”(1) Mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dikelas (2)
Seluruh pengalaman belajar baik yang diperoleh dalam kelas maupun diperoleh
dari luar kelas yang disponsor oleh sekolah (3)Seluruh pengalaman hidup siswa.”
Jadi
dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum-kurikulum mencakup aspek
yang cukup luas yakni meliputi seluruh pengalaman siswa dalam pembelajaran
Al-Qur’an Hadits baik itu pengalaman siswa yang kesulitan belajar maupun bukan.
Oleh karena itu sekolah bertanggung jawab untuk memberikan pengalaman belajar
kepada siswa yang bersifat menyeluruh dan mencakup seluruh segi kehidupan dan
pengalaman belajar tidak hanya terbatas pada mempelajari mata pelajaran saja
tetapi juga system nilai yang berlaku di dalam masyarakat,adat, sopan santun
dan tata cara berhubungan dengan orang lain.
3. Kurikulum
sebagai rencana belajar
Kurikulum
rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk
dipelajari oleh siswa selam mengikuti pendidikan si suatu sekolah. Di dalam
rencana belajar itu tercakup tujuan hendak dicapai, jenis pengalaman atau
materi yang dipelajri dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Oleh
karena itu penggunaan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits ssangat membantu bagi
siswa yang berkesulitan dalam belajar karena kurikulum merupakan rencana untuk
belajar, sebagai kegiatan dan penilaian keberhasilan belajar.
Kurikulum
mengandung beberapa hal yang positif dalam praktek pendidikan disekolah yakni:
1. Bahan
pelajaran disajikan secara sistematis dan logis
2. Organisasi
kurikulum ini sederhana mudah disusun, mudah ditambah atau dikurangi jumlah
pelajaran yang diperlukan.
3. Penilaian
lebih midah karean biasanya bahan pelajaran tentukan berdasarkan buku-buku
pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian
4. Kurikulum
ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat ”subject centered” guru-guru yang sudah
berpengalaman dan meguasai seluruh bahan pelajaran dari buku maka pekerjaannya
menjadi rutin setiap tahun
5. Kebanyakan
orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk perguruan tinggi, di
peruruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip
terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum disekolah dasar dan menengah
begitu sesuai dengan organisasi diperguruan tinngi.
Jadi
dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa isi pembelajaran Al-Qur’an Hadits
disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan lebih mudah
untuk dipahami oleh siswa dan gurupun lebih mudah dalam menerapkan dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan siswa yang berkesulitan dalam belajar ia juga
dapat memahami pembelajaran sesuai dengan kurikulum.
Sedangkan
manfaat kurikulum dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1. Segala
sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta
yang terlepas satu sama lain.
2. Kurikulum
ini sesuai dengan pendapatan-pendapatan modern tentang belajar, murid
dihadapkan kepada masalah yang berti dalam kehidupan mereka.
3. Kurikulum
ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4. Aktivitas
anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri dan bekerja
sendiri atau kerja kelompok dan kematangan murid.
Adapun
kurikulum pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah dikembangkan dengan pendekatan:
a. Lebih
menitik beratkan target kompetensi dari pada penguasaan materi.
b. Lebih
baik mengakomodasi keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang ada
c. Memberikan
kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan dilapangan untuk
mengembangkan dan melaksanaan progam sesuai dengan kebutuhan dan situasi
kondisi dengan dituangkannya dala KTSP.
Dari
kutipan di atas dapat banyak manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran
Al-Qur’an Hadits dengan digunakan kurikulum karena dapat membangkitkan semangat
siswa dalam belajar dan menumbuhkan rangsangan siswa untuk berfikir sendiri
atau dengan cara bekerja kelompok sehingga minat dan kesanggupan siswa dalam
memahami materi pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Adapun
yang menjadi standar kompetensi lulusan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits pada
Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:
a. Menerapkan
kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur’an
b. Memahami
ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlak terhadap ibu bapak, sesame manusia, dan
perintah bertaqwa, persatuan dan persaudaraan, syaitan sebagai misuh manusia,
berlaku dermawa, semangat ilmuan, makanan yang hal dan baik, sabar dan tabah
dalam menghadapi cobaan, sikap konsekuen dan jujur.
c. Memahami
hadits-hadits tentang akhlak terhadap ibu bapak, sesama manusia dan perintah
bertaqwa, menyakini kebenaran islam dan iatiqamah, menuntut ilmu, taat kepada
Allah, Rasul dan pemerintah
d. Memahami
sejarah turunnya Al-Qur’an.
e. Memahami
arti Hadits dan macam-macamnya.
Dari
kutipan di atas dapat dipahami dalam setiap kompetensi Al-Qur’an Hadits pada
MTsN Geumpang perlu penguasaan peserta didik terhadap ilmu tajwid (hokum
bacaan) dan terjemahan Al-Qur’an baik secara testual maupun tektual. Hal ini
jelas agar peserta didik menguasai kaidah bacaan Al-Qur’an secara maksimal
serta dapat memahami dan menguasai isi kandungan Al-Qur’an secara benar dan
terarah.
D.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Dalam
proses belajar mengajar banyak ditemukan berbagai macam kesulitan dalam belajar
terhadap pembelajaran,namun setiap siswa berhak untuk mencapai proses belajar akademik
yang memuaskan, tetapi realitas dalam kehidupan sehari-hari masih adanya
perbedaan individual (individual
deverences) yaitu dalam banyak hal seperti kemampuan intelektual, kemampuan
fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang
terkandung sangat mencolok antara siswa yang satu dengan lainnya. Dalam proses
belajar mengajar kesulitan belajar seseorang siswaa dapat dipengaruhi oleh
berbagai factor. Untuk lebih jelasnya penulis menjelaskan perantaranya sebagai
berikut:
1.
Faktor interen siswa
Faktor
interen yaitu ”factor mencakup segala
keadaan yang muncul dari dalam diri siswa. Jadi faktor ini meliputi gangguan
atau kekurangan maupun psiko fisik siswa
yakni: (1) yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual
(intelegensi siswa) (2) yang bersifat afektif antara lain seperti terganggunya
alat-alat indra penglihatn dan pendengaran (mata dan telinga).
Jadi
dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa faktor ini juga mempengaruhi belajar
siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits karena siswa berkesulitan dalam
memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Seperti kesulitan siswa
dalam mempergunakan alat dengar atau kemamapuan siswa kurang sehingga ini
menjadilah faktor bagi siswa tersebut untuk menguasai pelajaran Al-Qur’an
Hadits.
Keseulitan
belajar yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat menetap tetapi juga
bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah
kesulitan anak didik yang bersifat menetap, sedangkan kesehatan yang kurang
baik atau sakit kebiasaan belajar yang tidak baik dan sebagainya adalah faktor
non-intelektual yang bisa dihilangkan.
Adapun
faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik yaitu:
(a) Intelegensi
(IQ) yang kurang baik
(b) Bakat
yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau
diberikan oleh guru.
(c) Faktor
emosional yang kurang stabil misalnya mudah tersinggung, pemurug, pemarah,
selalu binggung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alas an yang
jelas.
(d) Aktivitas
belajar yang kurang, lebih banyak malas dari pada melakukan kerugian belajar.
(e) Kebiasaan
belajar yang kurang baik, belajar dengan penugsan ilmu pengetahuan pada tingkat
hafalan , tidak dengan penugasan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak
dengan pengertian sehingga sukar di transfer ke situasi yang lain.
(f) Penyesuaian
sosio yang sulit, cepatnya penyerapan bahann pelajaran oleh anak didik tertentu
menyebabkan anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbangnya dalam
belajar.
(g) Latar
belakang pengalaman yang pahit misalnya anak didik sekolah sambil bekerja.
Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak didik harus bekerja demi membiayai
sendiri uang sekolah .
(h) Cita-cita
yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
(i) Latar
belakang pendidikan yang dimasuki dengan siste social dan kegiatan belajar
mengajar di kelas yang kurang baik.
(j) Ketahanan
belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya. Ketidak
mampuan guru mengokomodasikan jadwal kegiatan pembelajaran dengan ketahanan belajar
anak didik sehingga kesulitan belajar siswa dirasakan.
(k) Keadaan
fisik yang kurang menunjang misalnya cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran , penglihatan dan gangguan psikomotor, cacat tubuh yang tetap (serius)
seperti buta,tuli, bisu, dan lain-lain.
(l) Kesehatan
yang kurang baik misalnya sakit kepala, mengantuk sakit gigi dan sebagainya.
(m) Pengetahuan
dan keterampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang
dipelajari, kemiskinan penguasaan atas bahan dasar dari pengetahuan dan
keterampilan yang pernah dipelajari akan menjadi kendala menerima dan mengerti
sekaligus menyerap materi pelajaran yang baru.
(n) Tidak
ada motivasi dalam belajar, materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila
anak didik tidak memiliki motivasi untuk belajar.
Jadi
dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar
itu yang dating dari diri siswa adalah kemampuan siswa atau integensi siswa
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits, kadangkala susah untuk memahaminya isi
pembelajaran yang disimpaikan oleh guru.
2.
Faktor eksteren Siswa
Faktor
eksteren yaitu ”faktor yang mencakup segala keadaan yang berasal atau dari luar
diri siswa. Jadi faktor ini mempengaruhi siswa baik itu yang dating dari dalam
dari dalam dirinya siswa maupun yang dating dari luar dirinya siswa.
a. Faktor
sekolah
Sekolah
adalah lembanga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan rumah rehabilitas anak didik. Ditempat inilah
didik menimba ilmu pengetahuan dengan
bantuan guru yang berhati mulia atau kurang mulia, karena memang pribadi
seorang guru.
Sebagai
lembaga pendidikan yang setiap hari anak didik datangi tentu saja mempunyai
dampak yang besar bagi anak didik. Kenyataan dan ketenangan anak didik dalam
belajar akan ditemukan sampai sejauhmana kondisi dan system social di sekolah
dalam menyediakan lingkungan yang kondusi dan kreatif.
Adapun
faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang menimbulkan kesulitan belajar bagi
siswa seperti: pribadi guru yang kurang baik, guru tidak berkualitas, baik
dalam penganbilan metode yang digunakan, ataupun dalam penuasaan mata pelajaran
yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang
sesuai, sehingga kurang menguasai, atau kurang persipan, sehingga cara
menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh setiap anak didik. Hubungan
guru dengan anak didik kurang harmonis, hal ini bermula pada sifat dan sikap
guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Guru-guru menuntut standar pelajaran
di atas kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang
belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan anak didik.
Karenanya hanya sebagian kecil anak didik dapat berhasil dengan baik dalam
belajar. Guru tidak memiliki keakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan
belajar anak didik. Cara guru mengajar yang kurang baik, membuat penyajian
pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurang
alat laboratorium akan banyak menumbulkan kesulitan dalam belajar. Perpustakaan
sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaanya oleh anak didik
Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara
dengan baik. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya, suasana
bising, karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, Bimbingan dan
penyuluhan yang tidak berfungsi. Kepemimpian dan administrasi. Dalam hal ini
waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Apabila sekolah masuk sore atau siang
hari. Maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan optimal untuk menerima
pelajaran sebab energy sudah berkurang. Selain itu udara yang relative panas di
waktu siang dapat mempercepat proses kelelahan.
Dari
kutipan di atas dapat dipahami bahwa lingkungan sekolah juga menjadi salah satu
faktor penyebab siswa kesulitan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits karena
apabila dalam proses belajar Al-Quran Hadits guru kurang menggunakan metode
atau alat yang tersedia di sekolah kurang memadai itu akan berdampak bagi siswa
yaitu susah untuk memahami pembelajaran oleh karena itu guru perlu meningkatkan
cara mengajarnya yang lebih baik agar proses belajar mengajar dapat berjalan
dengan lancar. Dan sekolah harus menyediakan fasilitas saran dan prasarana yang
cukup agarsiswa terangsa untuk belajr dan perlu adanya kedisiplinan di sekolah.
b. Faktor
keluarga
Keluarga
adalah lembaga pendidikan informasi
(luar sekolah) yang diakui keberadaanya dalam dunia pendidikan. Peranannya
tidak kalah pentingnya dari lembaga pendidikan formal dan non formal, bahkan
sebelum anak didik memasuki suatu sekolah, dia sudah mendapatkan pendidikan
dalam keluarga yang bersifat kodrati.
Ketika
orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak, orang tua tidak memberikat
suasana sejuk dan menyenangkan bagi belajar anak dan ketika keharmonisan
keluarga tak tercipta maka ketika itulah suasana keluarga tidak menciptakan dan menyediakan suatu kondisi dan
lingkungan yang kreatif belajar anak. Maka dari itulah terlibat menybabkan
kesulitan belajar anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor keluarga yang
menjadi penyebab kesulitan belajar anak yaitu :
(a) Kurangnya
kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar
yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegitan belajar anak pun terhenti untuk
beberapa waktu.
(b) Kurang
biaya pendidikan yang disediakn orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan
bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat.
(c) Anak
tidak mempunyai ruang dan tempat yang khusus di rumah. Karena tidak mempunyai
ruang belajar, maka anak belajar ke mana-man: bisa di ruang dapur, di ruang
tamu, atau belajar di tempat tidur. Anak yang tidak punya tempat belajar berupa
meja dan kursi terpaksa memanfaatkan meja dan kursi tamu untuk belajar.
(d) Ekonomi
keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebihan-lebihan.
(e) Kesehatan
keluarga yang kurang baik. Orang tua sakit-sakitan, misalnya,membuat anak harus
memikirkanya dan merasa prihatin.
(f) Perhatian
orang tua yang tidak memadi. Anak merasa kecewa dan memungkinkan frustasi
melihat orang tuanya yang tidak pernah memperhatikannya.
(g) Kebiasaan
dalam keruarga yang tidak menunjang. Karena kebiasaan dalam keluaga, dimana
kebiasaan belajar yang dicontohkan tidak terjadwal dan sesuka hati atau dekat
waktu ulangan baru belajar habis-habisan, maka kebiasaan itulah yang ditiru
oleh anak.
(h) Kedudukan
anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua pilih kasih dalam mengayomi
anak.
(i) Anak
yang terlalu banyak membantu orang tua. Untuk keluarga tertentu sering
ditemukan anak yang terlibat langsung dalam pekerjaan orang tuanya seperti
mencuci pakaian, memasak nasi di dapur, ke pasar, ikut berjuanlan, ikut
mengasuh adiknya, dan sebagainy.
c. Faktor
lingkungan
Dilihat
dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim social-psikologis.
Faktor
organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang bisa memebgaruhi proses pembelajaran. Organisai
kelas yang terlalu besarkan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Kelompok belajaran. Kelompok belajar yang besar dalam suatu berkecenderungan:
(a) Sumber
daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu
yang tersedia akan semakin sempit.
(b) Kelompok
belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua daya yang ada.
Misalnya, dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan
memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit
didapatkan dari setiap siswa.
(c) Kepuasan
belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini di sebabkan kelompok
belajar yang trlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap
guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
(d) Perbedaan
individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semkain sukar
mencapai kesempatan. Kelompok yang terlalu besar cendrung akan terpecah ke
dalam sub-sub kelompok yang saliang bertentangan.
(e) Anggota
kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak aiawa yang
terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
(f) Anggota
kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan
berpatisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompak.
Memerhatikan
beberapa kecenderungan diatas, maka jumlah anggota kelompok besar akan kurang
menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik. Faktor dari
dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor
iklim sosial-psikologis. Maksudnya, keharminisan hubungan antara orang yang
terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara
internal atau eksternal.
Iklim
social-psikologi secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat
dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa,
antara siswa dengan guru, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru,
bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologi eksternal
adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya
hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan
lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.
Sekolah
yang mempunyai hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh
kerjasama antar guru, saling menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan
iklim belajar menjadi sejuk dan tentang sehingga akan berdampak pada motivasi
belajar siswa.
Sebaliknya,
manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan
dan ketegangan dan ketidak nyamanan sehingga akan memengaruhi psikologis siswa
dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang baik dengan
lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran program-program sekolah, sehingga
upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat
dukungan dari pihak lain.
BAB III
METODE PENELITIAN
- Jenis
Data yang Diperlukan
Dalam semua penulisan
karya ilmiah, memerlukan berbagai macam data, adapun jenis data yang diperlukan
dalam penulisan ini adalah :
- Gambaran
Umum MTsN Geumpang
MTsN Geumpang
didirikan, letak geografis MTsN Geumpang, latar belakang berdirinya MTsN
Geumpang, fasilitas yang dimiliki oleh MTsN Geumpang, Berapa orang guru tetap
dan tidak tepat, banyak pegawai tetap dan tidak tetap, banyak lokal untuk kelas
I, kelas II dan kelas III pada MTsN Geumpang.
- Penerapan
KTSP pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTsN Geumpang
Penerapan KTSP, sudah
dan tindaknya dilakukan KTSP, kegunaan KTSP baik dan buruknya kurikulum KTSP.
Fungsi KTSP semua data itu diperoleh dengar mengedarkan angket kepada siswa dan
wawancara dengan guru di MTsN Geumpang.
- Strategi
Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Melalui KTSP
Strategi yang digunakan
dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan dalam kelangsungan proses
belajar mengajar, alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar, dan
cara menguasai kelas semua data itu itu diperoleh dengan mengedarkan angket
kepada siswa yang berkaitan, dan wawancara dengan guru di MTsN Geumpang yang
berkaitan.
- Pengaruh
penerapan KTSP dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar pembelajaran
Al-Qur’an Hadits
Pengaruh dengan
diterapkan KTSP, hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, nilai rata-rata yang
diperoleh, prestasi siswa, semua data itu diperoleh dengan mengedarkan angket
kepada siswa dan wawancara dengan guru di MTsN Geumpang.
- Lokasi
Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di
MTsN Geumpang karena Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN Geumpang merupakan salah
satu lembaga pendidikan agama tingkat menengah pertama yang terletak di
Kecamatan Geumpang sudah dilaksanakan pembelajaran dalam bentuk KTSP.
Popsasi adalah
keselurruhan objek penelitan, sedangkan sempel adalah bagian dari yang akan
diteliti yang akan dapat diwakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian
ini seluruh guru mata pelajaran berjumlah 20 orang yang mengajar di MTsN
Geumpang dan murid berjumlah 267 siswa.
Dalam pengambilan
sampel penuli berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyebutkan
”Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populasi, jika subjeknya lebih dari 100
orang maka di ambil 10-15% atau 20-25%. Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian
ini adalah 45 siswa yaitu 17% yang di ambil secara acak (random Samping) pada MTsN Geumpang.
- Teknik
Peliputan Data
Adapun cara penulis
dalam mengumpulkan data yaitu menggunakan teknik sebagai berikut :
- Observasi
Yaitu penulis
mengadakan pengalaman langsung kelokasi penelitian untuk melihat gejala-gejala
yang timbul di MTsN Geumpang.
- Wawancara
Wawancara adalah cara
untuk memperoleh data dengan mengajukan pernyatanaan secara langsung bertatap
muka, atau berkomunikasi langsung dengan responden.
- Angket
Angket adalah suatu
teknik untuk mendapatkan informasi secara langsung antara peneliti dan
responden dengan mengajukan pernyataan yang telah dipersiapkan lebih dahulu
secara tertulis lalu disampaikan kepada responden untuk mengisinya.
- Dokumentasi
Dokumentasi adalah
mencatat dan menganalisa data dari bahan dan catatan yang berkenaan dengan
sejumlah siswa dan guru di MTsN Geumpang.
Metode ini sebagai pendukung terhadap
data yang diperoleh dilokasi penelitian.
- Teknik
Analisis Data
Sedangkan teknik pengolahan
data penelitian ini penulisan menggunakan stastik sederhana dengan metode
distribusi frekwensi perhitungan persentase dari semua alternative jawaban pada
setiap peryataan, sehingga menjadi suatu konsep yang dapat diambil kesimpulan.
Kemudian data angket yang diperoleh dan diolah dengan menggunakan rumus
persentase yang dikemukakan oleh Nana Sudjana:
p= F/N x 100%
keterangan:
P =
Pesentase
F =
Frekkuensi
N = Nilai
tetep
100% = Bilangan
Konstan.
- Pedoman Penulisan
Dalam
penyusunan skripsi ini penulisan berbpedoman pada “Buku Pedoman Karya Ilmiah
yang di terbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Terbiyah PTI Al-Hilal Sigli 2011.
BAB
IV
HASIL-HASIL
PENELITIAN
- Gambaran Umum
Lokasi Penelitian
1.
Lokasi
Penelitian
Madrasah
Tsanawiyah Negeri (MTsN) Geumpang merupakan salah satu lembaga pendidikan
agama, Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
Sekolah ini didirikan pada tahun 1984 dan di Negerikan pada tahun 1997, dan
kepada MTsN Geumpang pada saat itu adalah di pimpin oleh bapak Drs. M. Nur.
Kemudian dari tahun 2001-2003 di pimpin oleh Drs. Usman, kemudian pada tahun
2003-2008 di pimpin oleh Ashim S. Ag. Dan dari tahun 2008 sampai sekarang masih
di pimpin oleh bapak Anwar S. Ag. Adapun letak geografis Madrasah Tsanawiyah tersebut
yang terletak di jalan Geumpang 85 km yaitu:
a.
Sebelah Barat
berbatasan dengan MIN
b.
Sebelah Timur
berbatasan dengan Mesjid
c.
Setelah Selatan
berbatasan dengan SMA Geumpang
d.
Setelah Utara
berbatasan dengan jalan Tutut Meulabo
2.
Saran dan
Prasaana
Gedung
atau fasilitas belajar yang baik, ruang kantor, ruang kepala sekolah dan
ruang-ruang lainnya cukup menentukan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.
Sarana dan prasana terutama ruang belajar yang dimiliki oleh MTsN Geumpang
sampai saat ini dikatakan sudah memadai untuk sebuah lembaga pendidikan. Adapun
sarana dan prasana yang dimiliki oleh MTsN Geumpang dapat dilihat pada table
berikut ini:
Tabel 4.1 Keadaan Sarana dan Prasana MTsN Geumpang
NO
|
Sarana
|
Kondisi
|
1
|
Ruang Belajar
|
Baik
|
2
|
Ruang Kepala
Madrasah
|
Baik
|
3
|
Ruang Tata Usaha
|
Baik
|
4
|
Ruang
Perpustakaan
|
Baik
|
5
|
Ruang Belajar
|
Baik
|
6
|
Ruang
Laboratorium
|
Baik
|
7
|
Ruang TV
|
Baik
|
8
|
Buku Paket
|
Baik
|
9
|
Komputer
|
Baik
|
10
|
WC Guru
|
Baik
|
11
|
WC Siswa
|
Baik
|
12
|
Alat Peraga
|
Baik
|
13
|
Lapangan Basket
|
Baik
|
14
|
Lapangan Bola
Volly
|
Baik
|
15
|
Kantin
|
Baik
|
Sumber data: Tata Usaha
MTsN Geumpang tanggal 2 april 2012
Table
ini menunjukkan bahwa sarana pendidikan di MTsN Geumpang sudah baik sebagai
sebuah lembaga pendidikan, meskipun
ada sedikit yang masih kurang dan
perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang terkait seperti musalla alat
praktek dan lain-lain, demi tercapainya proses belajar proses belajar mengajar
yang baik di Madrasah tersebut. Dari table di atas dapat dipahami secara umum
bahwa sekolah tersebut dari segi fasilitas yang tersedia sudah baik, namun ada
masih banyak dari segi yang lain perlu mendapat dari pihak yang berwenang untuk
meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3. Keadaan
siswa
Dalam
proses belajar mengajar siswa dan guru
seumpama sepasang sayap dua foktor sentral yang amat penting dalam proses
pembelajaran di sekolah, ketiadaan salah satu dari kedua faktor tersebut akan berakibat
fatal yakni tidak mungkin dilaksanakannya prosesnpembelajaran. Untuk lebih
jelasnya tentang jumlah siswa MTsN Geumpang pada tahun 2011 dan 2012 dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel
4.2 Tentang Keadaan Siswa dan Siswi MTsN Geumpang tahun 2011/2012
Jumlah Siswa
|
||||
No
|
Kelas
|
L
|
P
|
Jumlah
|
1
|
IA
|
30
|
23
|
53
|
2
|
IB
|
20
|
28
|
48
|
3
|
II A
|
16
|
22
|
38
|
4
|
IIB
|
14
|
22
|
36
|
5
|
II C
|
16
|
14
|
30
|
6
|
III A
|
10
|
17
|
27
|
7
|
III B
|
11
|
24
|
35
|
Jumlah
|
117
|
150
|
267
|
Berdasarkan table di atas dapat
dijelaskan bahwa minat masyarakat dalam memeliki lembaga pendidikan MTsN
Geumpang sebagai pendidikan. Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa
jumlah siswa MTsN Geumpang 267 dengan perincian 117 laki-laki dan 150
perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan dibandingkan dengan
laki-laki dalam proses belajar mengajar. Namun tidak menjadi permasalahan dan
dalam proses belajar mengajar di MTsN Geumpang.
4. Keadaan
Guru
Berdasarkan
data laporan yang penulis adalah dari kepala Madrasah Aliyah Negeri Geumpang
(MTsN) tahun ajaran 2011/2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table
berikut ini:
Tabel
4.3 Tentang Keadaan Guru MTsN Geumpang tahun 2001/2012
No
|
Nama
|
Pendidikan Terakhir
|
Jabatan
|
1
|
sain
|
SI
|
Kepsek
|
2
|
Hanifah, A. ma
|
SI
|
Guru Tetap
|
3
|
Zahriani,A. ma
|
Diploma 2
|
Guru Tetap
|
4
|
Syuib Ahmd. A. Ma
|
Diploma 2
|
Guru Tetap
|
5
|
Wardani Daud. S.Pd,I
|
S1 PAI
|
Guru Tetap
|
6
|
Husaini, S. Ag
|
S1 PAI
|
Guru Tetap
|
7
|
Baidwil, S.Pd
|
S1
|
Guru Tetap
|
8
|
Ilyas, S. Ag
|
S1
|
Guru Tetap
|
9
|
Salbiah, S. Pd
|
S1
|
Guru Tetap
|
10
|
Safwannur, S. Pd
|
S1 PAI
|
Guru Tetap
|
11
|
Suriani, S Pd
|
S1
|
Guru Tetap
|
12
|
Radhiah,A. md
|
Diploma 3
|
Guru Tetap
|
13
|
Halimatus Sakdiah, A.
md
|
Diploma 3
|
Guru Tetap
|
14
|
Nurjannah,A. md
|
Diploma 3
|
Guru Tetap
|
15
|
Fitriani,S. Pd. I
|
S1 PAI
|
Guru Tidak Tetap
|
16
|
Ulfa Maulidar, S. Pd
|
S1
|
Guru Tidak Tetap
|
17
|
Eka Santi
|
Diploma
|
Guru Tidak Tetap
|
18
|
Marchitah, S. Pd,I
|
S1 PAI
|
Guru Tidak Tetap
|
19
|
Suruyani, S. Pd
|
S1
|
Guru Tidak Tetap
|
20
|
Nurnanda Rahmi, S. Pd
|
S1
|
Guru Tidak Tetap
|
Berdasarkan table tersebut di atas
dapat dipahami bahwa guru MTsN Geumpama sebanyak 20 orang yang terdiri dari 4
guru laki dan 16 guru perempuan sedangkan guru Al-Qur’an Hadits haya 1 orang
guru, guru Fiqih hanya 2 orang, bahasa Arab 1 orang guru, Akhlak 1 orang guru,
Biologi 2 orang guru, Fisika 3 orang guru, Matematika 3 orang guru, Bahasa
Inggir 1 orang guru, Bahasa Indonesia 1 orang guru, Kesenian 1 orang guru,
PPKnN1 Orang guru, sejarah 1 orang guru, Penjelasan 1 orang. Dan semua guru
yang mengajar di Madsarah tersebut menggunakan kurikulum KTSP. Di tinjau dari
kualifikasi pendidikan hampir semua guru memiliki ijazah sarjana (S-1) dan
hanya beberapa orang guru yang masih memiliki Diploma D2. Dengan demikian
guru-guru yang ada di MTsN Geumpang tersebut dapat dinyatakan sudah memiliki
kompetensi.
- Bentu-Bentuk
Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Siswa Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
Dalam
proses belajar mengajar tidak semua siswa mudah dalam memahami isi pelajaran
yang diberikan oleh guru, siswa mempunyai bentuk-bentuk kesulitan yang di
alaminya. Untuk lebih jelasnya mengenai kesulitan yang dihadapi dapat di lihat
berikut ini :
Table
4.4 Kesulitan siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist
No
|
Alternatif Jawaban
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Ada
|
25
|
56
|
2
|
Tidak ada
|
10
|
22
|
3
|
Kadang-kadang
|
10
|
22
|
4
|
---------------------
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
45
|
100
|
Berdasarkan
Oleh Data Angket Nomor 1
dari sejumlah
siswa yang di teliti ada yang menyatakan kesulitan yang di hadapi siswa dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadist ada yang mengatakan ya mempunyai kesulitan dalam
belajar pembelajaran Al-Qur’an hadist, ada yang juga yang menyatakan bahwa
kadang-kadang mempunyai kesulitan dalam belajar dan ada yang menyatakan tidak
mempunyai kesulitan apa-apa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadist.
Dari hasil tersebuk di atas
menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an
hadist dominannya mengatakan bahwa ya mempunyai kesulitan dalam pembelajran
Al-Qur’an hadist sebanyak 56% siswa, dan yang menjawab hanya kadang-kadang
mempunyai kesulitan dalam belajar dan ada pula yang menyatakan tidak mempunyai
kesulitan apa-apa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadist.
Dari hasil tersebut di atas menyatakan
bahwa kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist
dominannya mengatakan bahwa ya mempunyai kesulitan dalam pembelajaran Al-Qur’an
hadist sebanyak 56% siswa, dan yang menjawab hanya kadang-kadang mempunyai
kesulitan dalam belajar pembelajaran Al-Qur’an Hadist sebanyak 22%, dan yang
lainnya mengatakan bahwa tidak mempunyai kesulitan dalam pembelajaran Al-Qur’an
hadist sebanyak 22% siswa.
Maka dari hasil penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa siswa dalam proses belajar Al-Qur’an hadist mempuyai
kesulitan dalam belajar Al-Qur’an Hadits dapatlah dilihat pada table berikut
ini:
Table
4.5 Penyebab siswa kesulitan dalam belajar Al-Qur’an hadist
No
|
Alternatif Jawaban
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Faktor dari orang tua
|
20
|
44
|
2
|
Tidak memiliki kemampuan
|
10
|
22
|
3
|
Kurang disiplin waktu belajar
|
15
|
34
|
4
|
-----------------------
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
45
|
100
|
Berdasarkan
Olah Data Angket Nomor 2
dari sekian
siswa yang di teliti ada yang menyatakan penyebab kesulitan dalam pembelajaran
Al-Qur’an hadits ada yang mengatakan penyebab faktor dari orang tua, dan ada
pula yang menyatakan tidak memilik kemampuan dalam belajar Al-Qur’an hadits dan
ada juga yang menjawab penyebab kurang disiplin waktu belajar.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
44% siswa yang mengatakan penyebab kesulitan yang dihadapinya adalah faktor
orang tua,22% lainnya mengatakan tidak memiliki kemampuan dalam belajar
Al-Qur’an hadist sehingga sukar untuk memahaminya, sementara selebihnya yaitu
34% siswa menyatakan kurang disiplin dalam belajar, sehingga dengan demikian
menjadi faktor penghambat bagi siswa tersebut dalam memahami pelajaran yang di
berikan oleh guru. Maka hasil peneliyian ini dapat di simpulkan bahwa
kebanyakan penyebab kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran
Al-Qur’an hadist, penyebabnya faktor orang tua yang kurang memberikan motivasi
kepada anaknya yang memiliki kesulitan dalam belajar, dan tak pernah mengontol
anaknya dalam belajar.
Menurut wawancara dengan guru
Al-Qur’an hadist mengatakan bahwa penyebab siswa kesulitan dalam belajar yaitu
kurang nya dukungan dari orang tua dalam membimbing anaknya di rumah, dan tidak
pernah memantau keadaan yang dihadapi oleh anaknya dalam belajar. Jadi dapat
disimpulkan bahwa dalam proses belajar yang di hadapi oleh anak penting sangat
dukungan dari orang tua agar siswa lebih bersemangat dalam belajar dan dalam
memahami pelajaran yang di berikan oleh guru dalam pembelajaran Al-Qur’an
Hadist. Dan setiap proses belajar yang berlangsung dalam pembelajaran Al-Qur’an
hadist tentunya mempunyai kendala dan yang dapat menghambatnya proses belajar
mengajar.
Selanjutnya mengenai bentuk
kesulitan apa saja yang di hadapi oleh siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an
hadist dapatlah dilihat pada table berikut ini :
Table
4.6 Bentuk kesulitan siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist
No
|
Alternatif Jawaban
|
Frekuensi
|
Persentase (%)
|
1
|
Membaca
|
10
|
22
|
2
|
Menghafal
|
20
|
44
|
3
|
Menulis
|
15
|
34
|
4
|
-----------------------
|
0
|
0
|
|
Jumlah
|
45
|
100
|
Berdasarkan
Oleh Data Angket Nomor 3
Dari sekian siswa yang diteliti ada
yang menyatakan bahwa kesulitan yang di hadapinya dalam pembelajaran Al-Qur’an
hadist yaitu dari segi membaca, dan juga siswa yang mengatakan kesulitan yang
di hadapinya dari segi menghafal susah untuk dipahaminya dan ada juga siswa
yang mengatakan kesulitan yang
dihadapinya dari segi menulis yang di dektekan oleh guru dalam pembelajaran
Al-Qur’an Hadist.
Dari hasil penelitian sebahagian
kecil siswa yang mengatakan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran
Al-Qur’an Hadist dari segi membaca sebanyak 10%,siswa dan dominannya siswa
menjawab kesulitan dalam menghafal pembelajaran Al-Qur’an hadist sebanyak 44%
siswa sedangkan siswa yang menjawab kesulitan dalam hal menulis sebanyak 34%.
Jadi hal ini membuktikan bahwa dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa
mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar
mengajar. Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar
mengajar banyak bentk kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa baik itu dari
segi membaca Al-Qur’an, menghafal, dan menulis ayat Al-Qur’an.
Diantara kes
Tidak ada komentar:
Posting Komentar