penyatuan alam

penyatuan alam
hewan dan lingkungan sekitar

Rabu, 22 Juli 2015

skipsi Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah pljran AG

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) di sekolah sudah menjadi harapan setiap guru agar siswa-siswanya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya dalam pencapain tujuan pembelajaran, namun pada kenyataannya tidak selalu merujuk kepada apa yang diharapkan.
Kesulitan belajar merupakan ketidak mampuan siswa dalam pembelajaran yang disebabkan oleh faktor dari dalam diri siswa yang mencakup pemahamam siswa, serta kesulitan tersebut termasuk faktor penghalang yang bukan merupakan kesalahan dari siswa, dengan demikian guru tidak boleh menghukum anak di karenakan sulit memahaminya. Dengan demikian kesulitan belajar siswa berpengaruh besar terhadap hasil belajar siswa dan begitu pula siswa yang memiliki kemampuan atau siswa yang tidak memiliki kesulitan ia lebih mudah untuk memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh gurunya.”Kesulitan belajar adalah suatau gangguan dalam satua atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan”
Setiap proses belajar mengajar yang berlangsung,guru sering menghadapi permasalahan yaitu adanya peserta didik yang tidak dapat mengikuti pelajaran dengan lancer, dan ada pula siswa yang memperoleh prestasi belajar yang rendah meskipun telah di usahakan untuk belajar dengan sebaik-baiknya. Maka dalam hal ini guru perlu mempelajri dan memahami yang utuh tentang kesulitan belajar yang dialami oleh siswa dan guru perlu memberikan bantuan dan bimbingan terhadap siswa tersebut.
Jika anak beraulitan belajar barada dalam kelas dengan suasana belajar kompetitif semacam itu maka dapat di ramalkan bahwan mereka akan menjadi anak yang putus asa yang tidak hanya berakibat buruk bagi pencapaian prestasi belajar yang optimal tetapi juga berakibat buruk bagi pembentukan kepribadiannya.
Oleh karena itu guru perlu banyak memiliki ilmu pengetahuan yang dapat di gunakan sebagaimana bekal dalam menciptakan strategi pembelajaran yang tidak hanya efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran tetapi juga efektif untuk membangun kepribadian yang sehat pada anak.
Adapun cara guru untuk menghadapi siswa yang kesulitan belajar yaitu dengan cara membujuk atau membujuk atau memberikan motivasi yang lebih kuat agar siswa tersebut lebih bersemangat dalam belajar. Dengan demikian penulis melakukan penelitian dengan mengambil judul ”Kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MTsN Geumpang”.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Bagaimana bentuk-bentuk kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada MTsN Geumpang?
2.      Kendala-kendala apa saja yang dihadapiGuru dalam mengatasi kesulitan Belajar siswa di MTsN Geumpang?
3.      Bagaimana Strategi Guru dalam Menghadapai Kesulitan belajar siswa di MTsN Geumpang?
C.    Penjelasan Istilah
Untuk menghadapi kesalahan pamahaman, dalam menyusun sebuah karya ilmiah, maka penulisan peru menjelaskan beberapa kata istilah yang ada hubungan dengan judul skripsi ini yaitu sebagai berikut :
1.      Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar adalah ”keadaan yang sulit atau kesukaran dalam menghadapi kesesahan”. Sedangka Belajar merupakan ”perubahan dalam kepribadian yang di manifestasikan sebagai pola respon yang baru berbentuk ketrampilan sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecepatan.” Jadi kesulita belajar yang penulis maksud adalah kesukaran siswa dalam memahami isi pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan siswa berusaha untuk memahaminya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Siswa
Siswa atau peserta didik merupakan ” anggota masyarakat yang berusaha untuk mengembangkan diri melalui proses pendidikan pada jenjang dan jenis pendidikan, secara istilah siswa di artikan pelajaran sedang menuntut ilmu.”
Jadi siswa yang penulis maksud adalah siswa yang belajar pada MTsN Geumpang.
3.      Pembelajaran
Pembelajaran adalah ”proses,cara, perbuatan menjadi orang tau makhluk hidup belajar.” Pembelajaran maksudny suatu proses atau cara mendidik manusia dalam belajar mengajar.
4.      Al-Qur’an Hadits
Al-Qur’an merupakan bagian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam (PAI) yang diajarkan pada Madrasah Tsanawiyah yang bertujuan untuk memahami dan mengmalkan Al-Qur’an, sehingga mampu membaca dengan fasih,menerjemahkan,menyimpulkan isi kandungan dan menghafalkan ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits-hadits pilihan dalam kehidupan sehari-hari. Al-Qur’an hadits yang dimaksudkan disini adalah mata pelajaran yang dipelajari di MTsN Geumpang dan merupakan pecahan mata pelajaran dari Pendidikan Agama Islam.
D.    Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok persoalan diatas maka penulis dapat merumuskan tujuan penelitian sebagai berikut :
1.      Untuk mengetahui bentuk-bentuk kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits pada MTsN Geumpang.
2.      Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi Guru dalam mengatasi kesulitan Belajar siswa di MTsN Geumpang.
3.      Untuk mengetahui Strategi guru dalam Menghadapi kesulitan belajar siswa pada MTsN Geumpang.
Demikian tujuan penelitian yang hendak penulis teliti terhadap permasalahan ini.
E.     Hipotesis
Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang masih harus diuji kebenrannya secara empiric (Pengalaman), sedang menurut Suharsimi Arikunto yang dikutip dalam buku metodologi penelitian dan social menyatakan hipotesis adalah ”sebagai jawaban sementara terhadap persoalan penelitian sebelum pengumpulan data.”
Jadi hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1.      Proses belajar mengajar yang berlangsung di MTsN Geumpang belum sepenuhnya berjalan dengan lancar.
2.      Banyak faktor yang menghambat kesulitan belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits, seperti cara membedakan huruf-huruf dalam bacaan Al-Qur’an.











BAB II
KESULITAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN AL_QUR’AN HADITS
A.  Pengertian Kesulitan Belajar dan Macam-macamnya
1.      Pengertian Kesulitan Belajar
Dalam setiap kehidupan manusia pasti akan selalu terjadi sesuatu perkembangannya dan setiap manusia akan selalu menikmati dan merasakan setiap hal yang memang sudah menjadikan nasibnya seperti halnya masalah kesulitan dalam hidup manusia. Kesulitan belajar atau learning disabilities adalah:
Hambatan atau gangguan belajar pada anak dan remja yang ditandai oleh adanya kesenjagan yang signifikasi antara taraf intelegensi dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai dan hal ini disebabkan oleh gangguan di dalam system saraf pusat otak (gangguan neurobiologist) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan
Sedangkan menueut Abdurahman mendefinisikan kesulitan belajar adalah ”suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa atau tulisan.
Jadi dalam proses belajar yang dihadapi oleh siswa banyak kesulitan yang didapatkan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits yang disebutkan oleh kurangnya kemampuan dalam memahaminya. Menurut Ahmadi dan supriyono yang diikuti dalam buku psikologi belajar mengatakan bahwa ”kesulitan belajar adalah suatu keadaan di mana siswa atau anak didik tidak dapat belajar sebagaimana mestinya Jadi dari kesulitan di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar siswa merupakan hambatan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran Al –Qur’an Hadits dan berdampak buruk bagi perkembangan hidupnya karena siswa dapat belajar tanpa bimbingan dari seorang pendidik akan lebih sukar dalam memahami pembelajaran seehingga siswa tersebut mengalami kesulitan dalam belajar Al-Qur’an Hadits, dan pencapaian hasil belajar yang dimilikinya tidak memuaskan dalam pembelajaran tersebut.
2.      Macam-macam kesulitan belajar
Dalam proses belajar Al-Qur’an Hadits banyak kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam memahami isi pembelajaran yang diberikan oleh gurunyaa. Adapun  kesulitan belajar tersebut dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu: (1) Kesulitan dalam berbicara dan berbahasa. (2)Permasalahan dalam kemampuan akademik. (3) Kesulitan lainnya yang mencakup kesulitan dalam mengkoordinasikan gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua katagori di atas Jadi untuk lebih jelasnya tentang apa yang disebutkan di atas maka penulis akan mencoba untuk menguraikannya secara rinci.
a.       Kesulitan dalam bebicara dan berbahasa
Kesulitan dalam bebicara dan berbahasa sering menjadi indikasi awal bagi kesulitan belajar yang dialami seorang anak. Dan orang mengalami kesulitan jenis ini menemui kesulitan dalam menghasilkan bunyi-bunyi bahasa yng tetap, berkomunikasi dengan orang lain melalui penggunaan bahasa yang benar atau memahami apa yang orang lain katakana.
Berdasarkan definisi kesulitan atau gangguan maka dapat diringkas ciri-cirinya sebagai berikut: anak yang mengalami keterlambatan dalam hal pengucapan bunyi bahasa yaitu Anak-anak yang mengalami gangguan ini biasanya mengalami masalah dalam mengucapkan sesuatu dengan tetap, dan ada juga anak keterlambatan dalam hal mengeskspresikan pikiran atau gagasannya melalui bahasa yang baik dan benar, sebagian anak yang menderita kesulita berbahasa semacam ini mengalami kesulitan dalam mengekspresikan dirinya saat berbicara, begitu juga hal keterlambatan dalam pemahaman bahasa, sebagai orang menemui kendala dalam mencerna apa yang diucapkan orang lain. Kendala ini terjadi ketika otak mereka berada pada frekwensi yang berbeda, dan system penerimaannya sedang tidak berfungsi atau lemah.
b.      Permasalahan dalam hal kemampuan akademik
Siswa mengalami gangguan kemampuan akademik berbaur bersama teman-teman sekelasnya demi meningkatkan kemampuan membaca menulis dan behitung. Seorang dikatakan mengalami gangguan apabila dapat:
a)      Memusatkan oehatian pada huruf-huruf yang tertulis serta mengendalikan gerakan mata dengan menjelajahi tiap halaman.
b)      Mengenali bunyi tiap-tiap huruf atau gabungan huruf
c)      Memahami makna kata-kata, tata bahasa, dan susunan kalimatnya.
d)     Menciptakan ide-ide dan gagasan baru
e)      Membandingkan ide-ide baru dengan yang telah anda ketahui
f)       Mengingat berbagai hal dalam benak anda.
c.                   Kesulitan lainnya yang mencakup kesulitan dalam mengorganisasi gerakan anggota tubuh serta permasalahan belajar yang belum dicakup oleh kedua katagori di atas. Kesulitan ini mencakup gangguan keordinasi tubuh yang pada gilirannya dapat mengakibatkan buruknya tulisan seseorang, lemahnya daya ingat dan kurang mampu dalam hal menghafal. Seperti halnya tentang kesulitan yang dirasakan oleh anak didik dapat dikelompokkan menjadi 4 macam yaitu:
(a)    Keterlambatan dalam Hal membaca
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar
1)      Ada yang berat
2)      Ada yang sedang
2.      Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari:
1)      Ada yang sebagai mata pelajaran
2)      Ada yang sifatnya sementara
3.      Dilihat dari sifat kesulitannya:
1)      Ada yang sifatnya menetap
2)      Ada yang sifatnya sementara
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya:
1)      Ada yang karena faktor inteligensi
2)      Ada yang karena faktor non-inteligensi
(b)   Keterlambatan dalam  hal Menulis
Menulis juga memerlukan koordinasi berbagai bagian dan fungsi otak. Bagian-bagian otak yang mengantarkan perbendaharaan kata, tata bahasa, gerakan tangan, dan ingatan harus berada dalam kondisi serta koordinasi yang baik permasalahan dalam hal ini dapat mengakibatkan gangguan dalam kemampuan siswa.
(c)    Keterlambatan dalam hal berhitung
Bila seorang siswa meragukan bahwa berhitung merupakan sesuatau yang rumit, coba bayangkan langkah-langkah yang dilakukan untuk memecahkan hitungan yang sederhana. Dari kutipan diatas dapat dipahani bermacam-macam kesulitan yang di hadapi oleh siswa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadits seperti disebutkan di atas dan apabila suatu sekolah kurangnya sarana atau prasarana, tenaga guru yang apa adanya itu dapat berpengaruh kepada siswa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadits. Maka oleh karena itu kesulitan belajar itu adalah suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat secara wajar disebabkan ada ancaman, atau hambatan ataupun gangguan dalam belajar.
B.  Kesulitan Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Kesulitan belajar adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mebcakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan, gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kesulitan mendengar, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau berhitung. Sedangkan menurut Lovit yang dikutip dalam buku yang sama ia mengatakan bahwa ”Kesulitan belajar khusus adalah suatu kondisi kronis yang di duga bersumber neurologis yang secara selektif menganggu perkembangan integrasi atau kemampuan verbal atau non verbal.
Jadi dari kedua kutipan di atas dapat dipahami bahwa kesulitan belajar khusus dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits adalah segi membaca. Bacaan huruf dalam Al-Qur’an dan tidak dapat membedakan tempat-tempat keluar huruf-huruf Al-Qur’an, sementara itu dalam pembelajaran yang lain apabila dalam menghafalkan huruf atau menggejakan bacaacnnya tidak berpengaruh dan tidak berdosa dalam bacaannya,tetapi kalau dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits apabila bacaannya salah dibaca maka berdosa dan mengandung makna yang berbeda. Adpun tanda-tanda kesulitan belajar yang sangat bervariasi dan tergantung pada usia anak yaitu:
1.      Keterlambatan berbicara jika dibandikan dengan seusianya.
2.      Adanya kesulitan dalam pengucapan kata
3.      Kemampuan penguasaan jumlah kata yang minim
4.      Seringkali tidak mampu menemukan kata yang sesuai untuk suatu kalimat
5.      Kesulitan untuk mempelajari dan mengenali, angka, huruf
6.      Mengalami kesulitan dalam menghubungkan kata dalam suatu kalimat
7.      Kegelisahan yang sangat ekstrim dan mudah teralih perhatiannya
8.      Kesulitan berinteraksi dengan anak seusianya.
9.      Menunjukkan kesulitan dalam mengikuti suatu petunjuk
10.  Menghindari pekerjaan tertentu seperti menggambarkan.
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar guru Al-Qur’an Hadits perlu melihat siswa-siswi yang berkesulitan belajar agar dapat diberi bimbingan yang lebih baik dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits,dan siswa mudah untuk memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.
Maka oleh karena itu guru perlu banyak mengetahui tentang teori bagi siswa yang berkesulitan dalam belajar dan anak yang berkesulitan belajar memerlukan banyak dukungan pada tiap tahapan belajar untuk siswa lebih mengetahuinya.
Ada beberapa teori behaviora yang perlu diterapkan bagi siswa yang berkesulitan belajar yaitu: 1) pembelajaran lanngsung guru perlu memahami cara melakukan analisis tugas-tugas tersebut secara berurutan. 2) pendekatan pembelajaran langsung dapat digunakan dengan berbagai pendekatan lain. 3) Jika guru memiliki pengetahuan tentang kekhususan gaya belajar dan kesulitan belajar anak. 4) pembelajaran langsung dapat menjadi lebih efektif jika digabungkan dengan pendekatan yang didasarkan atas gaya belajar anak.5) Tahapan belajar anak harus dipertimbangkan.6) Dalam merancang pembelajaran, tahapan belajar anak merupakan konsep yang sangat penting untuk dipahami dan diperhatikan.
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa dalam proses belajar mengajar guru perlu memahami cara memberikan tugas-tugas kepada siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits karena dengan adanya tugas akan membantu bagi siswa yang berkesulitan dalam belajar dan guru perlu banyak usaha bagi siswa yang berkesulitan belajar untuk membantu bagi siswa dalam belajar.
C.      Kurikulum Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Guru sebagai pendidik di lingkungan sekolah harus dapat memberikan suasana belajar yang lebih menyenangkan bagi siswa dan guru harus mempersiapkan terlebih dahulu tentang isi pembelajaran yang ingin disampaikannya sebagai rencana dalam proses belajar mengajar.
”kurikulum pada hakikatnya adalah rencana yang menjadi panduan dalam menyelenggarakan proses pendidikan. Sebelum abad ke 20 istilah kurikulum belum banyak digunakan dalam kontek pendidikan.
Adapun pengertian kurikulum menurut Saylor, Alexander, and Lewis membuat kategorinya adalah sebagai berikut:
”(1)Kurikulum sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran (2) Kurikulum sebagai pengalaman belajar (3)Kurikulum sebagai rencana belajar.”
Jadi untuk lebih mudah dipahami kategori tersebut maka penulis mencoba untuk menguraikannya yaitu:
1.      Kurikulum sebagai rencana pelajaran atau bahan ajaran
”Secara tradisional istilah kurikulum dapat diartikan sebagai rencana tentengan sejumlah mata pelajaran atau bahan ajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan untuk dipelajari oleh siswa dalam mengikuti pendidikan di lembaga itu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa kurikulum dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan suatu mata pelajaran yang telah ditetapkan oleh lembaga departemen dn tidak boleh untuk dirobah.
Dalam proses pendidikan di sekolah pada kenyataannya banyak berbagai kegiatan yang sangat bermanfaat dalam menunjang proses pembentukan kepribadian siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan kurikulum seperti guru memberikan kurikulum tentang istilah KO-kurikulum yang membawa siswa kepada tempat praktek atau ke laboratorium, sehingga dengan adanya kurikulum tersebut siswa lebih senang dan mudah untuk memahami pembelajaran Al-Qur’an
2.      Kurikulum sebagai pengalaman belajar
Kurikulum sebagai pengalaman belajar merupakan kurikulum yang dianggap sebagai keseluruhan pengalaman belajar yang diperoleh siswa atas tanggung jawab sekolah. Pengalaman belajar itu bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan bisa pula berbagai kegiatan lain yang dianggap dapat memberi pengalaman belajar yang lebih bermanfaat. Menurut Stratemeyer, Forkner dan Mckim yang dikutip dalam buku pengembangan kurikulum di sekolah mereka mengartikan kurikulum tiga cara yaiyu:”(1) Mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dikelas (2) Seluruh pengalaman belajar baik yang diperoleh dalam kelas maupun diperoleh dari luar kelas yang disponsor oleh sekolah (3)Seluruh pengalaman hidup siswa.”
Jadi dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa kurikulum-kurikulum mencakup aspek yang cukup luas yakni meliputi seluruh pengalaman siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits baik itu pengalaman siswa yang kesulitan belajar maupun bukan. Oleh karena itu sekolah bertanggung jawab untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang bersifat menyeluruh dan mencakup seluruh segi kehidupan dan pengalaman belajar tidak hanya terbatas pada mempelajari mata pelajaran saja tetapi juga system nilai yang berlaku di dalam masyarakat,adat, sopan santun dan tata cara berhubungan dengan orang lain.
3.      Kurikulum sebagai rencana belajar
Kurikulum rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum untuk dipelajari oleh siswa selam mengikuti pendidikan si suatu sekolah. Di dalam rencana belajar itu tercakup tujuan hendak dicapai, jenis pengalaman atau materi yang dipelajri dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Oleh karena itu penggunaan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits ssangat membantu bagi siswa yang berkesulitan dalam belajar karena kurikulum merupakan rencana untuk belajar, sebagai kegiatan dan penilaian keberhasilan belajar.
Kurikulum mengandung beberapa hal yang positif dalam praktek pendidikan disekolah yakni:
1.      Bahan pelajaran disajikan secara sistematis dan logis
2.      Organisasi kurikulum ini sederhana mudah disusun, mudah ditambah atau dikurangi jumlah pelajaran yang diperlukan.
3.      Penilaian lebih midah karean biasanya bahan pelajaran tentukan berdasarkan buku-buku pelajaran tertentu sehingga dapat diadakan ujian
4.      Kurikulum ini memudahkan guru dalam melaksanakan pengajaran karena bersifat ”subject centered” guru-guru yang sudah berpengalaman dan meguasai seluruh bahan pelajaran dari buku maka pekerjaannya menjadi rutin setiap tahun
5.      Kebanyakan orang beranggapan bahwa sekolah adalah persiapan masuk perguruan tinggi, di peruruan tinggi biasanya organisasi kurikulum sesuai dengan prinsip terpisah-pisah itu. Jadi organisasi kurikulum disekolah dasar dan menengah begitu sesuai dengan organisasi diperguruan tinngi.
Jadi dari kutipan diatas dapat disimpulkan bahwa isi pembelajaran Al-Qur’an Hadits disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan lebih mudah untuk dipahami oleh siswa dan gurupun lebih mudah dalam menerapkan dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits dan siswa yang berkesulitan dalam belajar ia juga dapat memahami pembelajaran sesuai dengan kurikulum.
Sedangkan manfaat kurikulum dalam pembelajaran yaitu sebagai berikut:
1.      Segala sesuatu yang dipelajari anak merupakan unit yang bertalian erat, bukan fakta yang terlepas satu sama lain.
2.      Kurikulum ini sesuai dengan pendapatan-pendapatan modern tentang belajar, murid dihadapkan kepada masalah yang berti dalam kehidupan mereka.
3.      Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat.
4.      Aktivitas anak-anak meningkat karena dirangsang untuk berfikir sendiri dan bekerja sendiri atau kerja kelompok dan kematangan murid.

Adapun kurikulum pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah dikembangkan dengan pendekatan:
a.       Lebih menitik beratkan target kompetensi dari pada penguasaan materi.
b.      Lebih baik mengakomodasi keragaman kebutuhan dan sumber daya pendidikan yang ada
c.       Memberikan kebebasan yang lebih luas kepada pelaksanaan pendidikan dilapangan untuk mengembangkan dan melaksanaan progam sesuai dengan kebutuhan dan situasi kondisi dengan dituangkannya dala KTSP.

Dari kutipan di atas dapat banyak manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits dengan digunakan kurikulum karena dapat membangkitkan semangat siswa dalam belajar dan menumbuhkan rangsangan siswa untuk berfikir sendiri atau dengan cara bekerja kelompok sehingga minat dan kesanggupan siswa dalam memahami materi pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
Adapun yang menjadi standar kompetensi lulusan mata pelajaran Al-Qur’an Hadits pada Madrasah Tsanawiyah adalah sebagai berikut:
a.       Menerapkan kaidah ilmu tajwid dalam bacaan Al-Qur’an
b.      Memahami ayat-ayat Al-Qur’an tentang akhlak terhadap ibu bapak, sesame manusia, dan perintah bertaqwa, persatuan dan persaudaraan, syaitan sebagai misuh manusia, berlaku dermawa, semangat ilmuan, makanan yang hal dan baik, sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan, sikap konsekuen dan jujur.
c.       Memahami hadits-hadits tentang akhlak terhadap ibu bapak, sesama manusia dan perintah bertaqwa, menyakini kebenaran islam dan iatiqamah, menuntut ilmu, taat kepada Allah, Rasul dan pemerintah
d.      Memahami sejarah turunnya Al-Qur’an.
e.       Memahami arti Hadits dan macam-macamnya.

Dari kutipan di atas dapat dipahami dalam setiap kompetensi Al-Qur’an Hadits pada MTsN Geumpang perlu penguasaan peserta didik terhadap ilmu tajwid (hokum bacaan) dan terjemahan Al-Qur’an baik secara testual maupun tektual. Hal ini jelas agar peserta didik menguasai kaidah bacaan Al-Qur’an secara maksimal serta dapat memahami dan menguasai isi kandungan Al-Qur’an secara benar dan terarah.
D.    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi kesulitan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Dalam proses belajar mengajar banyak ditemukan berbagai macam kesulitan dalam belajar terhadap pembelajaran,namun setiap siswa berhak untuk mencapai proses belajar akademik yang memuaskan, tetapi realitas dalam kehidupan sehari-hari masih adanya perbedaan individual (individual deverences) yaitu dalam banyak hal seperti kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkandung sangat mencolok antara siswa yang satu dengan lainnya. Dalam proses belajar mengajar kesulitan belajar seseorang siswaa dapat dipengaruhi oleh berbagai factor. Untuk lebih jelasnya penulis menjelaskan perantaranya sebagai berikut:
1.      Faktor interen siswa
Faktor interen yaitu ”factor mencakup segala keadaan yang muncul dari dalam diri siswa. Jadi faktor ini meliputi gangguan atau kekurangan maupun psiko fisik  siswa yakni: (1) yang bersifat kognitif seperti rendahnya kapasitas intelektual (intelegensi siswa) (2) yang bersifat afektif antara lain seperti terganggunya alat-alat indra penglihatn dan pendengaran (mata dan telinga).
Jadi dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa faktor ini juga mempengaruhi belajar siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits karena siswa berkesulitan dalam memahami isi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Seperti kesulitan siswa dalam mempergunakan alat dengar atau kemamapuan siswa kurang sehingga ini menjadilah faktor bagi siswa tersebut untuk menguasai pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Keseulitan belajar yang diderita anak didik tidak hanya yang bersifat menetap tetapi juga bisa dihilangkan dengan usaha-usaha tertentu. Faktor intelegensi adalah kesulitan anak didik yang bersifat menetap, sedangkan kesehatan yang kurang baik atau sakit kebiasaan belajar yang tidak baik dan sebagainya adalah faktor non-intelektual yang bisa dihilangkan.
Adapun faktor-faktor yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak didik yaitu:
(a)    Intelegensi (IQ) yang kurang baik
(b)   Bakat yang kurang atau tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari atau diberikan oleh guru.
(c)    Faktor emosional yang kurang stabil misalnya mudah tersinggung, pemurug, pemarah, selalu binggung dalam menghadapi masalah, selalu sedih tanpa alas an yang jelas.
(d)   Aktivitas belajar yang kurang, lebih banyak malas dari pada melakukan kerugian belajar.
(e)    Kebiasaan belajar yang kurang baik, belajar dengan penugsan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan , tidak dengan penugasan ilmu pengetahuan pada tingkat hafalan, tidak dengan pengertian sehingga sukar di transfer ke situasi yang lain.
(f)    Penyesuaian sosio yang sulit, cepatnya penyerapan bahann pelajaran oleh anak didik tertentu menyebabkan anak didik susah menyesuaikan diri untuk mengimbangnya dalam belajar.
(g)   Latar belakang pengalaman yang pahit misalnya anak didik sekolah sambil bekerja. Kemiskinan ekonomi orang tua memaksa anak didik harus bekerja demi membiayai sendiri uang sekolah .
(h)   Cita-cita yang tidak relevan (tidak sesuai dengan bahan pelajaran yang dipelajari).
(i)     Latar belakang pendidikan yang dimasuki dengan siste social dan kegiatan belajar mengajar di kelas yang kurang baik.
(j)     Ketahanan belajar (lama belajar) tidak sesuai dengan tuntutan waktu belajarnya. Ketidak mampuan guru mengokomodasikan jadwal kegiatan pembelajaran dengan ketahanan belajar anak didik sehingga kesulitan belajar siswa dirasakan.
(k)   Keadaan fisik yang kurang menunjang misalnya cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran , penglihatan dan gangguan psikomotor, cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta,tuli, bisu, dan lain-lain.
(l)     Kesehatan yang kurang baik misalnya sakit kepala, mengantuk sakit gigi dan sebagainya.
(m) Pengetahuan dan keterampilan dasar yang kurang memadai (kurang mendukung) atas bahan yang dipelajari, kemiskinan penguasaan atas bahan dasar dari pengetahuan dan keterampilan yang pernah dipelajari akan menjadi kendala menerima dan mengerti sekaligus menyerap materi pelajaran yang baru.
(n)   Tidak ada motivasi dalam belajar, materi pelajaran sukar diterima dan diserap bila anak didik tidak memiliki motivasi untuk belajar.

Jadi dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab kesulitan belajar itu yang dating dari diri siswa adalah kemampuan siswa atau integensi siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits, kadangkala susah untuk memahaminya isi pembelajaran yang disimpaikan oleh guru.
2.      Faktor eksteren Siswa
Faktor eksteren yaitu ”faktor yang mencakup segala keadaan yang berasal atau dari luar diri siswa. Jadi faktor ini mempengaruhi siswa baik itu yang dating dari dalam dari dalam dirinya siswa maupun yang dating dari luar dirinya siswa.
a.       Faktor sekolah
Sekolah adalah lembanga pendidikan formal tempat pengabdian guru dan  rumah rehabilitas anak didik. Ditempat inilah didik menimba  ilmu pengetahuan dengan bantuan guru yang berhati mulia atau kurang mulia, karena memang pribadi seorang guru.
Sebagai lembaga pendidikan yang setiap hari anak didik datangi tentu saja mempunyai dampak yang besar bagi anak didik. Kenyataan dan ketenangan anak didik dalam belajar akan ditemukan sampai sejauhmana kondisi dan system social di sekolah dalam menyediakan lingkungan yang kondusi dan kreatif.
Adapun faktor-faktor dari lingkungan sekolah yang menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa seperti: pribadi guru yang kurang baik, guru tidak berkualitas, baik dalam penganbilan metode yang digunakan, ataupun dalam penuasaan mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena keahlian yang dipegangnya kurang sesuai, sehingga kurang menguasai, atau kurang persipan, sehingga cara menerangkan kurang jelas, sukar dimengerti oleh setiap anak didik. Hubungan guru dengan anak didik kurang harmonis, hal ini bermula pada sifat dan sikap guru yang tidak disenangi oleh anak didik. Guru-guru menuntut standar pelajaran di atas kemampuan anak. Hal ini biasanya terjadi pada guru yang masih muda yang belum berpengalaman, sehingga belum dapat mengukur kemampuan anak didik. Karenanya hanya sebagian kecil anak didik dapat berhasil dengan baik dalam belajar. Guru tidak memiliki keakapan dalam usaha mendiagnosis kesulitan belajar anak didik. Cara guru mengajar yang kurang baik, membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum. Kurang alat laboratorium akan banyak menumbulkan kesulitan dalam belajar. Perpustakaan sekolah kurang memadai dan kurang merangsang penggunaanya oleh anak didik Fasilitas fisik sekolah yang tak memenuhi syarat kesehatan dan tak terpelihara dengan baik. Suasana sekolah yang kurang menyenangkan. Misalnya, suasana bising, karena letak sekolah berdekatan dengan jalan raya, Bimbingan dan penyuluhan yang tidak berfungsi. Kepemimpian dan administrasi. Dalam hal ini waktu sekolah dan disiplin yang kurang. Apabila sekolah masuk sore atau siang hari. Maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan optimal untuk menerima pelajaran sebab energy sudah berkurang. Selain itu udara yang relative panas di waktu siang dapat mempercepat proses kelelahan.
Dari kutipan di atas dapat dipahami bahwa lingkungan sekolah juga menjadi salah satu faktor penyebab siswa kesulitan dalam pembelajaran Al-Quran Hadits karena apabila dalam proses belajar Al-Quran Hadits guru kurang menggunakan metode atau alat yang tersedia di sekolah kurang memadai itu akan berdampak bagi siswa yaitu susah untuk memahami pembelajaran oleh karena itu guru perlu meningkatkan cara mengajarnya yang lebih baik agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan lancar. Dan sekolah harus menyediakan fasilitas saran dan prasarana yang cukup agarsiswa terangsa untuk belajr dan perlu adanya kedisiplinan di sekolah.
b.      Faktor keluarga
Keluarga adalah  lembaga pendidikan informasi (luar sekolah) yang diakui keberadaanya dalam dunia pendidikan. Peranannya tidak kalah pentingnya dari lembaga pendidikan formal dan non formal, bahkan sebelum anak didik memasuki suatu sekolah, dia sudah mendapatkan pendidikan dalam keluarga yang bersifat kodrati.
Ketika orang tua tidak memperhatikan pendidikan anak, orang tua tidak memberikat suasana sejuk dan menyenangkan bagi belajar anak dan ketika keharmonisan keluarga tak tercipta maka ketika itulah suasana keluarga tidak  menciptakan dan menyediakan suatu kondisi dan lingkungan yang kreatif belajar anak. Maka dari itulah terlibat menybabkan kesulitan belajar anak. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor keluarga yang menjadi penyebab kesulitan belajar anak yaitu :
(a)    Kurangnya kelengkapan alat-alat belajar bagi anak di rumah, sehingga kebutuhan belajar yang diperlukan itu, tidak ada, maka kegitan belajar anak pun terhenti untuk beberapa waktu.
(b)   Kurang biaya pendidikan yang disediakn orang tua sehingga anak harus ikut memikirkan bagaimana mencari uang untuk biaya sekolah hingga tamat.
(c)    Anak tidak mempunyai ruang dan tempat yang khusus di rumah. Karena tidak mempunyai ruang belajar, maka anak belajar ke mana-man: bisa di ruang dapur, di ruang tamu, atau belajar di tempat tidur. Anak yang tidak punya tempat belajar berupa meja dan kursi terpaksa memanfaatkan meja dan kursi tamu untuk belajar.
(d)   Ekonomi keluarga yang terlalu lemah atau tinggi yang membuat anak berlebihan-lebihan.
(e)    Kesehatan keluarga yang kurang baik. Orang tua sakit-sakitan, misalnya,membuat anak harus memikirkanya dan merasa prihatin.
(f)    Perhatian orang tua yang tidak memadi. Anak merasa kecewa dan memungkinkan frustasi melihat orang tuanya yang tidak pernah memperhatikannya.
(g)   Kebiasaan dalam keruarga yang tidak menunjang. Karena kebiasaan dalam keluaga, dimana kebiasaan belajar yang dicontohkan tidak terjadwal dan sesuka hati atau dekat waktu ulangan baru belajar habis-habisan, maka kebiasaan itulah yang ditiru oleh anak.
(h)   Kedudukan anak dalam keluarga yang menyedihkan. Orang tua pilih kasih dalam mengayomi anak.
(i)     Anak yang terlalu banyak membantu orang tua. Untuk keluarga tertentu sering ditemukan anak yang terlibat langsung dalam pekerjaan orang tuanya seperti mencuci pakaian, memasak nasi di dapur, ke pasar, ikut berjuanlan, ikut mengasuh adiknya, dan sebagainy.

c.       Faktor lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran, yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim social-psikologis.
Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang bisa memebgaruhi proses pembelajaran. Organisai kelas yang terlalu besarkan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Kelompok belajaran. Kelompok belajar yang besar dalam suatu berkecenderungan:
(a)    Sumber daya kelompok akan bertambah luas sesuai dengan jumlah siswa, sehingga waktu yang tersedia akan semakin sempit.
(b)   Kelompok belajar akan kurang mampu memanfaatkan dan menggunakan semua daya yang ada. Misalnya, dalam penggunaan waktu diskusi. Jumlah siswa yang terlalu banyak akan memakan waktu yang banyak pula, sehingga sumbangan pikiran akan sulit didapatkan dari setiap siswa.
(c)    Kepuasan belajar setiap siswa akan cenderung menurun. Hal ini di sebabkan kelompok belajar yang trlalu banyak akan mendapatkan pelayanan yang terbatas dari setiap guru, dengan kata lain perhatian guru akan semakin terpecah.
(d)   Perbedaan individu antara anggota akan semakin tampak, sehingga akan semkain sukar mencapai kesempatan. Kelompok yang terlalu besar cendrung akan terpecah ke dalam sub-sub kelompok yang saliang bertentangan.
(e)    Anggota kelompok yang terlalu banyak berkecenderungan akan semakin banyak aiawa yang terpaksa menunggu untuk sama-sama maju mempelajari materi pelajaran baru.
(f)    Anggota kelompok yang terlalu banyak akan cenderung semakin banyaknya siswa yang enggan berpatisipasi aktif dalam setiap kegiatan kelompak.

Memerhatikan beberapa kecenderungan diatas, maka jumlah anggota kelompok besar akan kurang menguntungkan dalam menciptakan iklim belajar mengajar yang baik. Faktor dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis. Maksudnya, keharminisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal atau eksternal.
Iklim social-psikologi secara internal adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah, misalnya iklim sosial antara siswa dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara siswa dengan guru, antara guru dengan guru, bahkan antara guru dengan pimpinan sekolah. Iklim sosial-psikologi eksternal adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar, misalnya hubungan sekolah dengan orang tua siswa, hubungan sekolah dengan lembaga-lembaga masyarakat, dan lain sebagainya.
Sekolah yang mempunyai hubungan yang baik secara internal, yang ditunjukkan oleh kerjasama antar guru, saling menghargai dan saling membantu, maka memungkinkan iklim belajar menjadi sejuk dan tentang sehingga akan berdampak pada motivasi belajar siswa.
Sebaliknya, manakala hubungan tidak harmonis, iklim belajar akan penuh dengan ketegangan dan ketegangan dan ketidak nyamanan sehingga akan memengaruhi psikologis siswa dalam belajar. Demikian juga sekolah yang memiliki hubungan yang baik dengan lembaga-lembaga luar akan menambah kelancaran program-program sekolah, sehingga upaya-upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran akan mendapat dukungan dari pihak lain.     


 
                       
BAB III
METODE PENELITIAN
  1. Jenis Data yang Diperlukan
Dalam semua penulisan karya ilmiah, memerlukan berbagai macam data, adapun jenis data yang diperlukan dalam penulisan ini adalah :
  1. Gambaran Umum MTsN Geumpang
MTsN Geumpang didirikan, letak geografis MTsN Geumpang, latar belakang berdirinya MTsN Geumpang, fasilitas yang dimiliki oleh MTsN Geumpang, Berapa orang guru tetap dan tidak tepat, banyak pegawai tetap dan tidak tetap, banyak lokal untuk kelas I, kelas II dan kelas III pada MTsN Geumpang.
  1. Penerapan KTSP pelajaran Al-Qur’an Hadits di MTsN Geumpang
Penerapan KTSP, sudah dan tindaknya dilakukan KTSP, kegunaan KTSP baik dan buruknya kurikulum KTSP. Fungsi KTSP semua data itu diperoleh dengar mengedarkan angket kepada siswa dan wawancara dengan guru di MTsN Geumpang.
  1. Strategi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits Melalui KTSP
Strategi yang digunakan dalam proses belajar mengajar, metode yang digunakan dalam kelangsungan proses belajar mengajar, alat peraga yang digunakan dalam proses belajar mengajar, dan cara menguasai kelas semua data itu itu diperoleh dengan mengedarkan angket kepada siswa yang berkaitan, dan wawancara dengan guru di MTsN Geumpang yang berkaitan.
  1. Pengaruh penerapan KTSP dalam proses belajar mengajar terhadap hasil belajar pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Pengaruh dengan diterapkan KTSP, hasil yang diperoleh siswa dalam belajar, nilai rata-rata yang diperoleh, prestasi siswa, semua data itu diperoleh dengan mengedarkan angket kepada siswa dan wawancara dengan guru di MTsN Geumpang.
  1. Lokasi Subjek Penelitian
Penelitian dilakukan di MTsN Geumpang karena Madrasah Tsanawiyah Negeri MTsN Geumpang merupakan salah satu lembaga pendidikan agama tingkat menengah pertama yang terletak di Kecamatan Geumpang sudah dilaksanakan pembelajaran  dalam bentuk KTSP.
Popsasi adalah keselurruhan objek penelitan, sedangkan sempel adalah bagian dari yang akan diteliti yang akan dapat diwakili seluruh populasi. Populasi dalam penelitian ini seluruh guru mata pelajaran berjumlah 20 orang yang mengajar di MTsN Geumpang dan murid berjumlah 267 siswa.
Dalam pengambilan sampel penuli berpedoman kepada pendapat Suharsimi Arikunto yang menyebutkan ”Apabila subjek kurang dari 100 orang, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi, jika subjeknya lebih dari 100 orang maka di ambil 10-15% atau 20-25%. Jadi yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 45 siswa yaitu 17% yang di ambil secara acak (random Samping) pada MTsN Geumpang.
  1. Teknik Peliputan Data
Adapun cara penulis dalam mengumpulkan data yaitu menggunakan teknik sebagai berikut :
  1. Observasi
Yaitu penulis mengadakan pengalaman langsung kelokasi penelitian untuk melihat gejala-gejala yang timbul di MTsN Geumpang.
  1. Wawancara
Wawancara adalah cara untuk memperoleh data dengan mengajukan pernyatanaan secara langsung bertatap muka, atau berkomunikasi langsung dengan responden.
  1. Angket
Angket adalah suatu teknik untuk mendapatkan informasi secara langsung antara peneliti dan responden dengan mengajukan pernyataan yang telah dipersiapkan lebih dahulu secara tertulis lalu disampaikan kepada responden untuk mengisinya.
  1. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencatat dan menganalisa data dari bahan dan catatan yang berkenaan dengan sejumlah siswa dan guru di MTsN Geumpang.
Metode ini sebagai pendukung terhadap data yang diperoleh dilokasi penelitian.
  1. Teknik Analisis Data
Sedangkan teknik pengolahan data penelitian ini penulisan menggunakan stastik sederhana dengan metode distribusi frekwensi perhitungan persentase dari semua alternative jawaban pada setiap peryataan, sehingga menjadi suatu konsep yang dapat diambil kesimpulan. Kemudian data angket yang diperoleh dan diolah dengan menggunakan rumus persentase yang dikemukakan oleh Nana Sudjana:
            p= F/N x 100%
            keterangan:
            P          = Pesentase
            F          = Frekkuensi
            N         = Nilai tetep
            100%   = Bilangan Konstan.
  1. Pedoman Penulisan
Dalam penyusunan skripsi ini penulisan berbpedoman pada “Buku Pedoman Karya Ilmiah yang di terbitkan oleh Sekolah Tinggi Ilmu Terbiyah PTI Al-Hilal Sigli 2011.













BAB IV
HASIL-HASIL PENELITIAN
  1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1.      Lokasi Penelitian
Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Geumpang merupakan salah satu lembaga pendidikan agama, Kecamatan Geumpang Kabupaten Pidie, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Sekolah ini didirikan pada tahun 1984 dan di Negerikan pada tahun 1997, dan kepada MTsN Geumpang pada saat itu adalah di pimpin oleh bapak Drs. M. Nur. Kemudian dari tahun 2001-2003 di pimpin oleh Drs. Usman, kemudian pada tahun 2003-2008 di pimpin oleh Ashim S. Ag. Dan dari tahun 2008 sampai sekarang masih di pimpin oleh bapak Anwar S. Ag. Adapun letak geografis Madrasah Tsanawiyah tersebut yang terletak di jalan Geumpang 85 km yaitu:
a.       Sebelah Barat berbatasan dengan MIN
b.      Sebelah Timur berbatasan dengan Mesjid
c.       Setelah Selatan berbatasan dengan SMA Geumpang
d.      Setelah Utara berbatasan dengan jalan Tutut Meulabo
2.      Saran dan Prasaana
Gedung atau fasilitas belajar yang baik, ruang kantor, ruang kepala sekolah dan ruang-ruang lainnya cukup menentukan dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Sarana dan prasana terutama ruang belajar yang dimiliki oleh MTsN Geumpang sampai saat ini dikatakan sudah memadai untuk sebuah lembaga pendidikan. Adapun sarana dan prasana yang dimiliki oleh MTsN Geumpang dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.1 Keadaan  Sarana dan Prasana MTsN Geumpang
NO
Sarana
Kondisi
1
Ruang Belajar
Baik
2
Ruang Kepala Madrasah
Baik
3
Ruang Tata Usaha
Baik
4
Ruang Perpustakaan
Baik
5
Ruang Belajar
Baik
6
Ruang Laboratorium
Baik
7
Ruang TV
Baik
8
Buku Paket
Baik
9
Komputer
Baik
10
WC Guru
Baik
11
WC Siswa
Baik
12
Alat Peraga
Baik
13
Lapangan Basket
Baik
14
Lapangan Bola Volly
Baik
15
Kantin
Baik
Sumber data: Tata Usaha MTsN Geumpang tanggal 2 april 2012
Table ini menunjukkan bahwa sarana pendidikan di MTsN Geumpang sudah baik sebagai sebuah lembaga pendidikan, meskipun  ada  sedikit yang masih kurang dan perlu mendapatkan perhatian dari pihak-pihak yang terkait seperti musalla alat praktek dan lain-lain, demi tercapainya proses belajar proses belajar mengajar yang baik di Madrasah tersebut. Dari table di atas dapat dipahami secara umum bahwa sekolah tersebut dari segi fasilitas yang tersedia sudah baik, namun ada masih banyak dari segi yang lain perlu mendapat dari pihak yang berwenang untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa.
3.      Keadaan siswa
Dalam proses belajar mengajar  siswa dan guru seumpama sepasang sayap dua foktor sentral yang amat penting dalam proses pembelajaran di sekolah, ketiadaan salah satu dari kedua faktor tersebut akan berakibat fatal yakni tidak mungkin dilaksanakannya prosesnpembelajaran. Untuk lebih jelasnya tentang jumlah siswa MTsN Geumpang pada tahun 2011 dan 2012 dapat dilihat pada table berikut:
Tabel 4.2 Tentang Keadaan Siswa dan Siswi MTsN Geumpang tahun 2011/2012
Jumlah Siswa
No
Kelas
L
P
Jumlah
1
IA
30
23
53
2
IB
20
28
48
3
II A
16
22
38
4
IIB
14
22
36
5
II C
16
14
30
6
III A
10
17
27
7
III B
11
24
35
Jumlah
117
150
267

            Berdasarkan table di atas dapat dijelaskan bahwa minat masyarakat dalam memeliki lembaga pendidikan MTsN Geumpang sebagai pendidikan. Berdasarkan table diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah siswa MTsN Geumpang 267 dengan perincian 117 laki-laki dan 150 perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak perempuan dibandingkan dengan laki-laki dalam proses belajar mengajar. Namun tidak menjadi permasalahan dan dalam proses belajar mengajar di MTsN Geumpang.
4.      Keadaan Guru
Berdasarkan data laporan yang penulis adalah dari kepala Madrasah Aliyah Negeri Geumpang (MTsN) tahun ajaran 2011/2012. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 4.3 Tentang Keadaan Guru MTsN Geumpang tahun 2001/2012
No
Nama
Pendidikan Terakhir
Jabatan
1
sain
SI
Kepsek
2
Hanifah, A. ma
SI
Guru Tetap
3
Zahriani,A. ma
Diploma 2
Guru Tetap
4
Syuib Ahmd. A. Ma
Diploma 2
Guru Tetap
5
Wardani Daud. S.Pd,I
S1 PAI
Guru Tetap
6
Husaini, S. Ag
S1 PAI
Guru Tetap
7
Baidwil, S.Pd
S1
Guru Tetap
8
Ilyas, S. Ag
S1
Guru Tetap
9
Salbiah, S. Pd
S1
Guru Tetap
10
Safwannur, S. Pd
S1 PAI
Guru Tetap
11
Suriani, S Pd
S1
Guru Tetap
12
Radhiah,A. md
Diploma 3
Guru Tetap
13
Halimatus Sakdiah, A. md
Diploma 3
Guru Tetap
14
Nurjannah,A. md
Diploma 3
Guru Tetap
15
Fitriani,S. Pd. I
S1 PAI
Guru Tidak Tetap
16
Ulfa Maulidar, S. Pd
S1
Guru Tidak Tetap
17
Eka Santi
Diploma
Guru Tidak Tetap
18
Marchitah, S. Pd,I
S1 PAI
Guru Tidak Tetap
19
Suruyani, S. Pd
S1
Guru Tidak Tetap
20
Nurnanda Rahmi, S. Pd
S1
Guru Tidak Tetap

            Berdasarkan table tersebut di atas dapat dipahami bahwa guru MTsN Geumpama sebanyak 20 orang yang terdiri dari 4 guru laki dan 16 guru perempuan sedangkan guru Al-Qur’an Hadits haya 1 orang guru, guru Fiqih hanya 2 orang, bahasa Arab 1 orang guru, Akhlak 1 orang guru, Biologi 2 orang guru, Fisika 3 orang guru, Matematika 3 orang guru, Bahasa Inggir 1 orang guru, Bahasa Indonesia 1 orang guru, Kesenian 1 orang guru, PPKnN1 Orang guru, sejarah 1 orang guru, Penjelasan 1 orang. Dan semua guru yang mengajar di Madsarah tersebut menggunakan kurikulum KTSP. Di tinjau dari kualifikasi pendidikan hampir semua guru memiliki ijazah sarjana (S-1) dan hanya beberapa orang guru yang masih memiliki Diploma D2. Dengan demikian guru-guru yang ada di MTsN Geumpang tersebut dapat dinyatakan sudah memiliki kompetensi.
  1. Bentu-Bentuk Kesulitan Yang Dihadapi Oleh Siswa Dalam Pembelajaran Al-Qur’an Hadist
Dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa mudah dalam memahami isi pelajaran yang diberikan oleh guru, siswa mempunyai bentuk-bentuk kesulitan yang di alaminya. Untuk lebih jelasnya mengenai kesulitan yang dihadapi dapat di lihat berikut ini :
Table 4.4 Kesulitan siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Ada
25
56
2
Tidak ada
10
22
3
Kadang-kadang
10
22
4
---------------------
0
0

Jumlah
45
100
Berdasarkan Oleh Data Angket Nomor 1
                dari sejumlah siswa yang di teliti ada yang menyatakan kesulitan yang di hadapi siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist ada yang mengatakan ya mempunyai kesulitan dalam belajar pembelajaran Al-Qur’an hadist, ada yang juga yang menyatakan bahwa kadang-kadang mempunyai kesulitan dalam belajar dan ada yang menyatakan tidak mempunyai kesulitan apa-apa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadist.
            Dari hasil tersebuk di atas menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist dominannya mengatakan bahwa ya mempunyai kesulitan dalam pembelajran Al-Qur’an hadist sebanyak 56% siswa, dan yang menjawab hanya kadang-kadang mempunyai kesulitan dalam belajar dan ada pula yang menyatakan tidak mempunyai kesulitan apa-apa dalam proses belajar Al-Qur’an Hadist.
            Dari hasil tersebut di atas menyatakan bahwa kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist dominannya mengatakan bahwa ya mempunyai kesulitan dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist sebanyak 56% siswa, dan yang menjawab hanya kadang-kadang mempunyai kesulitan dalam belajar pembelajaran Al-Qur’an Hadist sebanyak 22%, dan yang lainnya mengatakan bahwa tidak mempunyai kesulitan dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist sebanyak 22% siswa.
            Maka dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa dalam proses belajar Al-Qur’an hadist mempuyai kesulitan dalam belajar Al-Qur’an Hadits dapatlah dilihat pada table berikut ini:
Table 4.5 Penyebab siswa kesulitan dalam belajar Al-Qur’an hadist
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Faktor dari orang tua
20
44
2
Tidak memiliki kemampuan
10
22
3
Kurang disiplin waktu belajar
15
34
4
-----------------------
0
0

Jumlah
45
100
Berdasarkan Olah Data Angket Nomor 2
                dari sekian siswa yang di teliti ada yang menyatakan penyebab kesulitan dalam pembelajaran Al-Qur’an hadits ada yang mengatakan penyebab faktor dari orang tua, dan ada pula yang menyatakan tidak memilik kemampuan dalam belajar Al-Qur’an hadits dan ada juga yang menjawab penyebab kurang disiplin waktu belajar.
            Hasil penelitian menunjukan bahwa 44% siswa yang mengatakan penyebab kesulitan yang dihadapinya adalah faktor orang tua,22% lainnya mengatakan tidak memiliki kemampuan dalam belajar Al-Qur’an hadist sehingga sukar untuk memahaminya, sementara selebihnya yaitu 34% siswa menyatakan kurang disiplin dalam belajar, sehingga dengan demikian menjadi faktor penghambat bagi siswa tersebut dalam memahami pelajaran yang di berikan oleh guru. Maka hasil peneliyian ini dapat di simpulkan bahwa kebanyakan penyebab kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist, penyebabnya faktor orang tua yang kurang memberikan motivasi kepada anaknya yang memiliki kesulitan dalam belajar, dan tak pernah mengontol anaknya dalam belajar.
            Menurut wawancara dengan guru Al-Qur’an hadist mengatakan bahwa penyebab siswa kesulitan dalam belajar yaitu kurang nya dukungan dari orang tua dalam membimbing anaknya di rumah, dan tidak pernah memantau keadaan yang dihadapi oleh anaknya dalam belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar yang di hadapi oleh anak penting sangat dukungan dari orang tua agar siswa lebih bersemangat dalam belajar dan dalam memahami pelajaran yang di berikan oleh guru dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist. Dan setiap proses belajar yang berlangsung dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist tentunya mempunyai kendala dan yang dapat menghambatnya proses belajar mengajar.
            Selanjutnya mengenai bentuk kesulitan apa saja yang di hadapi oleh siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist dapatlah dilihat pada table berikut ini :
Table 4.6 Bentuk kesulitan siswa dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist
No
Alternatif Jawaban
Frekuensi
Persentase (%)
1
Membaca
10
22
2
Menghafal
20
44
3
Menulis
15
34
4
-----------------------
0
0

Jumlah
45
100
Berdasarkan Oleh Data Angket Nomor 3
            Dari sekian siswa yang diteliti ada yang menyatakan bahwa kesulitan yang di hadapinya dalam pembelajaran Al-Qur’an hadist yaitu dari segi membaca, dan juga siswa yang mengatakan kesulitan yang di hadapinya dari segi menghafal susah untuk dipahaminya dan ada juga siswa yang mengatakan  kesulitan yang dihadapinya dari segi menulis yang di dektekan oleh guru dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist.
            Dari hasil penelitian sebahagian kecil siswa yang mengatakan kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadist dari segi membaca sebanyak 10%,siswa dan dominannya siswa menjawab kesulitan dalam menghafal pembelajaran Al-Qur’an hadist sebanyak 44% siswa sedangkan siswa yang menjawab kesulitan dalam hal menulis sebanyak 34%. Jadi hal ini membuktikan bahwa dalam proses belajar mengajar tidak semua siswa mudah dalam memahami pelajaran yang diberikan oleh guru dalam proses belajar mengajar. Dari table di atas dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar mengajar banyak bentk kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa baik itu dari segi membaca Al-Qur’an, menghafal, dan menulis ayat Al-Qur’an.

            Diantara kes 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar