BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Era global merupakan
awal dari segala perkembangan dunia secara menyeluruh termasuk didalamnya
adalah teknologi informasi. teknologi informasi telah menjadi kebutuhan yang
terus berkembang di berbagai bidang kehidupan. Hal tersebut terjadi sebagai
akibat semakin majunya pola pikir manusia yang selalu ingin segera memperoleh
informasi secara cepat dan instan tanpa membutuhkan banyak tenaga dan biaya.
Perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, telah banyak dimanfaatkan
oleh berbagai pihak dalam memberikan layanan akses informasi yang dibutuhkan,
termasuk bidang kesehatan.
Kebutuhan pelayanan
informasi di bidang kesehatan khususnya keperawatan merupakan bagian yang terus
membangun diri untuk dapat memberikan informasi keperawatan secara cepat,
tepat, efektif dan efisien. Perawat, sebagai pemberi layanan keperawatan dengan
asuhan keperawatannya dituntut semakin profesional dan mengedepankan
perkembangan teknologi kesehatan dalam memberikan pelayanan keperawatan. Masyarakat
modern semakin familier dengan pemanfaatan media internet untuk mendapatkan
informasi keperawatan misalnya melalui telenursing, teleconference,
videoconference, call centre, dimana media ini memudahkan masyarakat
mendapatkan layanan keperawatan tanpa harus meninggalkan rumah.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Memberikan
uraian tentang penerapan telenursing
2.
Tujuan khusus
a.
Menjelaskan
definisi telenursing
b.
Menjelaskan
manfaat telenursing
c.
Menjelaskan
aplikasi telenursing
d.
Menjelaskan
riset tentang telenursing
e.
Menganalisa
aplikasi dari telenursing
BAB
II
PEBAHASAN
A.
Definisi Telenursing
Telenursing
didefinisikan sebagai praktek keperawatan jarak jauh menggunakan teknologi
telekomunikasi (National Council of State Boards of Nursing, 2011). Teknologi
informasi dibidang keperawatan adalah teknologi informasi yang mengintegrasikan
ilmu keperawatan, komputer, ilmu pengetahuan, dan ilmu informasi untuk
mengelola dan mengkomunikasikan data, informasi, dan pengetahuan dalam praktek
keperawatan. Informatika keperawatan memfasilitasi integrasi data, informasi,
dan pengetahuan untuk dukungan klien, perawat, dan penyedia lainnya dalam
pengambilan keputusan mereka dalam semua peran dan pengaturan.
Telenursing adalah
pemberian servis dan perawatan oleh perawat dengan menggunakan telekomunikasi,
meningkatkan akses untuk tindakan keperawatan kepada pasien pada lokasi yang
jauh atau perpencil.
Telenursing adalah
upaya penggunaan teknologi informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan
dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik yang jauh antara
perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Sebagai bagian dari
telehealth dan beberapa bagian terkait dengan aplikasi bidang medis dan non
medis seperti telediagnosis, telekonsultasi dan telemonitoring.
Telenursing menunjukkan
penggunaan tehnologi komunikasi oleh perawat untuk meningkatkan perawatan
pasien. Telenursing menggunakan channel elektromagnetik (wire, radio, optical)
untuk mengirim suara, data dan sinyal video komunikasi. Dapat juga
didefinisikan sebagai komunikasi jarak jauh menggunakan transmisi elektrik atau
optic antara manusia dan atau computer.
Telenursing diartikan
sebagai pemakaian telekomunikasi untuk memberikan informasi dan pelayanan
keperawatan jarak-jauh. Aplikasinya saat ini, menggunakan teknologi satelit
untuk menyiarkan konsultasi antara fasilitas-fasilitas kesehatan di dua negara
dan memakai peralatan video conference. Telenursing bagian integral dari
telemedicine atau telehealth.
Dengan penerapan
telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan
klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah
untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan.
Kegiatan telenursing
membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan
serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat
diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1.
Faktor legalitas
Dapat didefinisikan
sebagai otonomi profesi keperawatan atau institusi keperawatan yang
mempunyai tanggung jawab dalam pelaksanaan
telenursing.
2.
Faktor financial
Pelaksanaan telenursing
membutuhkan biaya yang cukup besar karena sarana dan prasaranya sangat banyak.
Perlu dukungan dari pemerintah dan organisasi profesi dalam penyediaan aspek
financial dalam pelaksanaan telenursing
3.
Faktor Skill
Ada dua aspek yang
perlu diperhatikan, yaitu pengetahuan dan skill tentang telenursing. Perawat
dan pasien perlu dilakukan pelatihan tentang aplikasi telenursing.
Terlaksananya telenursing sangat tergantung dari aspek pengetahuan dan skill
antara pasien dan perawat. Pengetahuan tentang telenursing harus didasari oleh
pengetahuan tehnologi informasi.
4.
Faktor Motivasi
Motivasi perawat dan
pasien menjadi prioritas utama dalam pelaksanaan telenursing. Tanpa ada
motivasi dari perawat dan pasien, telenursing tidak akan bisa berjalan dengan
baik.
Pelaksanaan telenursing
di Indonesia masih belum berjalan dengan baik disebabkan oleh karena
keterbatasan sumberdaya manusia, keterbatasan sarana dan prasarana serta
kurangnya dukungan pelaksanaan telenursing dari pemerintah. Untuk mensiasati
keterbatasan pelaksanaan telenursing bisa dimulai dengan peralatan yang
sederhana seperti pesawat telepon yang sudah banyak dimiliki oleh masyarakat
tetapi masih belum banyak dimanfaatkan untuk kepentingan pelayanan kesehatan
atau pelayanan keperawatan. Telenursing menggunakan telepon ini dapat
diaplikasikan di unit gawat darurat dan home care.
Hal tersebut dikatakan
telenursing jika perawat melakukan tindakan keperawatan untuk memenuhi
kebutuhan kesehatan klien melalui pengkajian triase dan pemberian informasi menggunakan teknologi informasi dan
telekomunikasi serta sistem berbasis
website. Ners yang melakukan praktek telenursing harus seorang Registered
Nurses (RN). Perawat yang melakukan praktek telenursing harus bertanggung jawab
untuk meyakinkan kemampuan ketrampilan keperawatan mereka dan pengetahuan yang
up to date untuk praktek telenursing mereka.
Tujuan dari telenursing
adalah tidak untuk membentuk diagnosis medis, melainkan difokuskan pada dimensi
dari urgensi. Sehingga para perawat akan
lebih terfokus pada informasi, dukungan, dan meningkatkan pengetahuan. Untuk
mencapai hasil yang positif dari konsultasi melalui telephone maka sangat
dibutuhkan cara berkomunikasi yang baik. Komunikasi yang baik akan berdampak
pada perasaan sehingga setiap perkataan akan mudah untuk didengar dan dipahami.
Dengan demikian klien dan keluarganya akan termotivasi untuk mengikuti saran
perawat. Sebuah komunikasi yang berpusat pada klien adalah teknik pendekatan yang disukai dalam
rangka membina hubungan antara klien dan tenaga professional. Komunikasi yang
berpusat pada klien telah ditangani secara ekstensif selama dekade terakhir.
Melalui telenursing,
perawat mampu melakukan monitoring, pendidikan, follow up, pengkajian dan
pengumpulan data, melakukan intervensi, memberikan dukungan pada keluarga dan
perawatan multidisiplin yang inovatif serta kolaborasi. Selain itu dalam
praktek telenursing, perawat melakukan pengkajian lanjutan, perencanaan,
intervensi, dan evaluasi terhadap hasil perawatan, dan perawat juga menggunakan
teknologi seperti internet, computer, telephone, alat pengkajian digital, dan
perlengkapan telemonitoring system audio-vidio, satelit dan system komunikasi
yang lain. Penggunaan computer dan teknologi informasi untuk mensupport perawat
dan pasien dengan informasi yang lebih efektif. Dalam rangka efisiensi dan
efektifitas telenursing, antara perawat dan pasien terhubungkan secara langsung
menggunakan system transmisi elektronik.
Telenursing melalui
telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi yang berkembang pesat
saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka perawat dapat memonitor
tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula darah, berat badan, peak
flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan melakukan video conference,
pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka, injeksi insulin dan
penatalaksanaan sesak napas.
B.
Manfaat Telenursing
Menurut Britton et all
(1999), ada beberapa keuntungan telenursing yaitu :
1.
Efektif dan
efisien dari sisi biaya kesehatan, pasien dan keluarga dapat mengurangi kunjungan
ke pelayanan kesehatan ( dokter praktek,ruang gawat darurat, rumah sakit
dan nursing home)
2.
Dengan sumber
daya yang minimal dapat meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan
keperawatan tanpa batas geografis
3.
Telenursing
dapat menurunkan kebutuhan atau menurunkan waktu tinggal di rumah sakit
4.
Pasien dewasa
dengan kondisi penyakit kronis memerlukan
pengkajian yang sering sehingga membutuhkan biaya yang banyak. Telenursing
dapat meningkatkan pelayanan untuk pasien kronis tanpa memerlukan biaya dan
meningkatkan pemanfaatan teknologi.
5.
Berhasil dalam
menurunkan total biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan akses untuk
perawatan kesehatan tanpa banyak memerlukan sumber.
Selain manfaat di atas
telenursing dapat dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan ( model
distance learning) dan perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan.
Telenursing dapat juga digunakan dikampus dengan video conference, pembelajaran
on line dan Multimedia Distance Learning.
Pada akhirnya
telenursing dapat meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama
dalam manajemen pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat,
cepat dan dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara
perawat dan pasien yang tidak terbatas.
a.
Selain itu
telenursing dapat memberikan kesempatan kepada perawat yang berpengalaman
klinik namun telah pensiun/ tidak lagi bekerja di pelayanan kesehatan, namun
masih dapat memberikan asuhan keperawatan secara online. Hal ini juga
menghindari kontak langsung, meminimalkan resiko infeksi nosokomial, memberikan
privasi ruang dan waktu bagi pasien dan perawat. Dapat dibayangkan bagi
penderita HIV/AIDS, atau pasien pengguna narkotika/obat terlarang /alkoholik
akan lebih merasa terjaga privasinya dengan pelayanan telenursing ini .
b.
Perawat memiliki
komitmen menyeluruh tentang perlunya mempertahankan privasi dan kerahasiaan
pasien sesuai kode etik keperawatan. Beberapa hal terkait dengan isu ini, yang
secara fundamental mesti dilakukan dalam penerapan tehnologi dalam bidang
kesehatan dalam merawat pasien adalah :
·
Jaminan
kerahasiaan dan jaminan pelayanan dari informasi kesehatan yang diberikan harus
tetap terjaga
·
Pasien yang
mendapatkan intervensi melalui telehealth harus diinformasikan potensial resiko
(seperti keterbatasan jaminan kerahasiaan informasi, melalui internet atau
telepon) dan keuntungannya
·
Diseminasi data
pasien seperti identifikasi pasien (suara, gambar) dapat dikontrol dengan
membuat informed consent (pernyataan persetujuan) lewat email
·
Individu yang
menyalahgunakan kerahasiaan, keamanan dan peraturan dan penyalah gunaan
informasi dapat dikenakan hukuman/legal aspek.
c.
Dengan melihat
potensi dan perkembangan pelayanan keperawatan, sistem informasi kesehatan dan
penggunaan internet di Indonesia, bukan tidak mungkin hal ini mendasari
telenursing berkembang di Indonesia (dalam berbagai bentuk aplikasi tehnik
komunikasi) dan beragam tujuan. Hal ini tidak lain agar pelayanan asuhan
keperawatan dan perkembangan ilmu, riset dan pendidikan keperawatan di
Indonesia dapat sejajar minimal dengan perkembangan tehnologi kesehatan, dan
kedokteran di Indonesia, menjelang Indonesia Sehat.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Implementasi
Telenursing
Ada empat faktor penting yang mempengaruhi implementasi
telenursing. Empat faktor tersebut yaitu aspek sistematika, aspek ekonomi,
aspek sosial, dan aspak teknikal.
1.
Aspek
sistematika
Aspek sistematika
terkait dukungan dari pemerintah, yang meliputi legislasi dan regulasi. Dalam
mengontrol kualitas dan kelangsungan telenursing sangat dibutuhkan pengaturan dan supervisi pelayanan
pemerintah. Untuk penerapan telenursing disepakati bahwa praktek keperawatan
mandiri seharusnya ada otoritas dan peraturan legal serta adanya standart
operasional prosedur yang dibuat oleh organisasi profesi keperawatan atau
pendidikan keperawatan.
2.
Aspek Ekonomi
Aspek ekonomi terkait
verifikasi terhadap kontrol keuangan medis akibat penggunaan telenursing dan
Government recognition for cost effectiveness merupakan prioritas utama.
Investasi pemerintah dalam proyek telenursing merupakan prioritas untuk
mengaktifkan telenursing di daerah rural dan area kepulauan untuk manfaat
medis. Aplikasi system telenursing yang mahal dan uang perawatan (maintenance
fee) harus dipikirkan.
3.
Aspek Sosial
Aspek sosial terkait
verifikasi nilai dan membangun kepercayaan sosial tentang telenursing
dibandingkan dengan perawatan langsung. Penerimaan dari pemberi pelayanan
kesehatan seperti fasilitas medis,
dokter dan perawat, merupakan hal penting dalan implementasi telenursing. Kerja
sama dan koordinasi antara profesi kesehatan akan membangun pemahaman yang
lebih baik tentang telenursing pada publik. Adanya pengakuan public terhadap
keperawatan itu sendiri merupakan factor kunci dalam pelaksanan telenursing.
4.
Aspek teknikal
Aspek teknikal terkait
kreatifitas dan originalitas konten telenursing dan pengembangan sistem pelayanan.
Pelatihan dan pendidikan perawat serta teknologi informasi mendukung
pengembangan dan pengoperasian telenursing. Pengembangan teknologi informasi
untuk menjaga privacy pasien dan keamanan informasi. Standarisasi, pelatihan
keperawatan dan penelitian untuk pengembangan system telenursing dan
pelaksanaannya, teknologi informasi medis dan pengembangan system aplikasi,
serta desain model fungsional yang
mungkin diterapkan dilingkungan
tersebut. Jadi keempat aspek tersebut harus terintegrasi dalam strategi
pelaksanaan telenursing.
D. Aplikasi Telenursing
Aplikasi telenursing
dapat diterapkan di rumah, rumah sakit melalui pusat telenursing dan melalui
unit mobil. Telepon triase dan home care berkembang sangat pesat dalam aplikasi
telenursing. Di dalam home care perawat menggunakan system memonitor parameter
fisiologi seperti tekanan darah, glukosa darah, respirasi dan berat badan
melalui internet. Melalui system interaktif video, pasien contact on-call
perawat setiap waktu untuk menyusun video konsultasi ke alamat sesuai dengan
masalah, sebagai contoh bagaimana mengganti baju, memberikan injeksi insulin
atau diskusi tentang sesak nafas. Secara khusus sangat membantu untuk anak
kecil dan dewasa dengan penyakit kronik dan kelemahan khususnya dengan penyakit
kardiopulmoner. Telenursing membantu pasien dan keluarga untuk berpartisipasi
aktif di dalam perawatan, khususnya dalam management penyakit kronis. Hal ini
juga mendorong perawat menyiapkan informasi yang akurat dan memberikan dukungan
secara online. Kontinuitas perawatan dapat ditingkatkan dengan menganjurkan
sering kontak antara pemberi pelayanan kesehatan maupun keperawatan dengan
individu pasien dan keluarganya.
Gambar 1.1 Alur telenursing
Di dalam pelaksanaan
telenursing perlu menjaga privasi pasien.
Gambar
1.2 Tiga level keamanan untuk proteksi data pasien
Gambar 1.3.
Tehnologi teleheath pada daerah pedesaan
Gambar 1.4. Jenis dan pembagian
Telehealth
E.
Kelebihan dan kekurangan Telenursing
·
Kelebihan
Telenursing
Telenursing dapat
diartikan sebagai pemakaian teknologi informasi dibidang pelayanan keperawatan
untuk memberikan informasi dan pelayanan keperawatan jarak jauh. Model
pelayanan ini memberikan keuntungan antara lain:
1.
Mengurangi waktu
tunggu dan mengurangi kunjungan yang tidak perlu,
2.
Mempersingkat
hari rawat dan mengurangi biaya perawatan,
3.
Membantu
memenuhi kebutuhan kesehatan,
4.
Memudahkan akses
petugas kesehatan yang berada di daerah yang terisolasi,
5.
Berguna dalam
kasus-kasus kronis atau kasus geriatik yang perlu perawatan di rumah dengan
jarah yang jauh dari pelayanan kesehatan, dan
6.
Mendorong tenaga
kesehatan atau daerah yang kurang terlayani untuk mengakses penyedia layanan
melalui mekanisme seperti : konferensi video dan internet (American Nurse
Assosiation, 1999).
7.
Peningkatan
jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih luas dan merata,
8.
Dapat
dimanfaatkan dalam bidang pendidikan keperawatan (model distance learning) dan
perkembangan riset keperawatan berbasis informatika kesehatan dan meningkatkan
kepuasan perawat dan pasien terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan serta
meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home care).
9.
Meningkatkan
rasa aman (safety) perawat dan klien, karena dengan diterapkannya
telenursing semakin meningkatkan kepuasan pasien dan keluarga dan
meningkatkan kepatuhan. Telenursing telah menyediakan sarana bagi konsumen
untuk memanggil perawat agar mendapatkan saran kesehatan. seorang perawat
dengan pelatihan khusus dapat menawarkan
pendidikan dan dukungan, sehingga ini
bermanfaat karena klien membutuhkan dukungan yang tidak mungkin didapatkan dengan kontak
langsung.
·
Kekurangan dan
hambatan dalam telenursing
Menurut Amy Peck (2005)
ada tiga ketegori dasar hambatan dalam telenursing, meliputi: perilaku,
legislatif, dan teknologi. Hambatan perilaku, ada ketakutan bahwa perawat akan
mendelegasikan tugas ke mesin. Pada awalnya perawat akan resisten terhadap
telenursing akibat kurangnya penguasaan terhadap teknologi informasi dan
teknologi telekomunikasi. Namun dengan adanya pelatihan dan adanya support
system, perawat bisa merasakan manfaat
telenursing untuk dirinya dan pasien. Legislasi, telenursing muncul sebagai
issue kebijakan public secara mayor, belum adanya kepastian lisensi tentang
telenursing. Secara teknologi, Elektronik Health Record (EHR) dan standar data
mendukung perkembangan telenursing. Tanpa EHR telehealth tidak bisa bekerja. Ketersediaan system penyimpanan
data pasien kapanpun dan dimanapun provider membutuhkannya.
Sumber lain
menyebutkan, antara lain :
·
Tidak adanya
interaksi langsung perawat dengan klien yang akan mengurangi kualitas pelayanan
kesehatan. Kekawatiran ini muncul karena anggapan bahwa kontak langsung dengan
pasien sangat penting terutama untuk dukungan emosional dan sentuhan
terapeutik.
·
Sedangkan
kekurangan lain dari telenursing ini adalah kemungkinan kegagalan teknologi
seperti gangguan koneksi internet atau terputusnya hubungan komunikasi akibat
gangguan cuaca dan lain sebagainya sehingga menggangu aktifitas pelayanan yang
sedang berjalan, selain itu juga meningkatkan risiko terhadap keamanan dan
kerahasiaann dokumen klien.
F.
Perkembangan dan Model Telenursing
1.
Jonsson &
Willman dalam penelitiannya menemukan bahwa implementasi telenursing dalam
perawatan di ruumah pada klien dengan luka di tangan merupakan inovasi
pengembangan inisiatif yang berfokus pada kolaborasi antara perawat dan klien.
Klien merasa puas dengan penggunaan videophone untuk melihat staf perawat
memberikan perawatan kepada mereka, dan dengan melihat muka perawat membuat
rasa aman pada pasien. Perawat merasa lebih nyaman dengan penggunaan
audio-vidio contact untuk melihat kondisi pasien dan melakukan pengkajian
kondisi luka, serta merekam luka. Selain itu perawat merasakan bahwa waktu
bekerja meraka lebih bermanfaat. Penelitian ini menandaskan bahwa telenersing
dengan menggunakan teknologi audio-vidio sangat efektif untuk melakukan
komunikasi antara perawat dan pasien dan memberikan kepuasan pada perawat dan
klien dalam melakukan perawatan rumah.
2.
Hartford
Kathleen dalam penelitiannya tentang “Telenursing and patients’ Recovery from
Bypass” menemukan bahwa aplikasi teknologi telekomunikasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan membuat pasien mampu untuk belajar bagaimana merawat dirinya
sendiri, dan ini juga membantu perawat untuk melakukan pendidikan kesehatan dan
promosi kesehatan secara efektif. Selain itu juga memperpendek lama perawatan.
3.
Bohnenkamp &
Blackett meyatakan bahwa dengan telenursing pasien menunjukkan kepuasan yang
lebih tinggi dan perawat telah meningkatkan pemahaman tentang masalah yang
dialami klien, dan klien merasa lebih nyaman karena sudah diberi informasi oleh
perawat. Klien percaya bahwa telenursing membuat perawatan lebih mudah diakses;
mereka lebih suka memanfaatkan telenursing daripada menunggu tatap muka pada saat kunjungan langsung
meskipun klien masih percaya bahwa kunjungan dengan tatap muka langsung adalah
yang terbaik.
4.
Penelitian dari
Susan Kay Bohnenkamp, RN, MS, CCM dengan judul Traditional Versus Telenursing
Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi.
Hasil : Telenursing
meningkatkan kepuasan pada pasien. Pasien percaya bahwa telenursing membuat
perawatan lebih accessible, dia suka dengan telemedicine dari pada face to
face, tetapi menganggap face to face adalah yang terbaik.
5.
Penelitian dari
Anthony F. Jerant, MD dengan judul A Randomized Trial of Telenursing to Reduce
Hospitalization for Heart Failure: Patient-Centered Outcomes and Nursing
Indicators.
Hasil : Penelitian ini
membandingkan 3 perawatan modalitas untuk menurunkan kekambuhan CHF selama 180
hari follow up. Subyek menerima kunjungan dasar selama 60 hari dan mendapat
satu dari 3 terapi modalitas : (a) video-based home telecare; (b) telephone
calls; and (c) usual care Kekambuhan
pada CHF menurun lebih dari 80% dengan telenursing dibandingan dengan perawatan
biasa. Dari penelitian ini juga menurunkan kunjungan emergensi pada CHF. Pada
perawatan diri kedua group tidak ada perbedaan secara signifikan tentang
kepatuhan, pengobatan, status kesehatan dan kepuasan. Telenursing dapat
menurunkan hospitalisasi pada CHF dan meningkatkan frekuensi komunikasi dengan
pasien.
6.
Penelitian dari
L. Schlachta-Fairchild dengan judul Findings Of The 2004 Nternational
Telenursing Survey.
Hasil : Mayoritas
perawat yang melakukan tidak tersertifikasi dalam telemedicine, telenursing,
atau nursing informatics dan percaya bahwa sertifikasi pada telenursing adalah
penting dan interes untuk dilakukan sertifikasi dan merupakan indikasi
telenursing seharusnya merupakan bagian dasar dari pendidikan keperawatan dan
pengalaman klinik.
7.
Impact of
tele-advice on community nurses’ knowledge of venous leg ulcer care (Ameen,
Coll, & Peters, 2005). Pada penelitian ini dikemukakan efektifitas
telenursing dibidang manajemen perawatan ulkus kaki, desain yang digunakan
adalah quasi eksperimental dengan pendekatan pre dan post intervensi pada 2
kelompok yaitu kelompok intervensi sebanyak 19 orang dan kelompok kontrol
sebanyak 19 orang, pada penelitian ini didapatkan bahwa terdapat perbaikan yang
signifikan dalam hal kemampuan perawat komunitas dalam manajemen perawatan
ulkus kaki antara sebelum dan sesudah intervensi melalui telenursing. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tele-saran dapat menjadinmanfaat besar bagi
perawat komunitas dalam meningkatkan pengetahuan mereka dalam praktek perawatan
ulkus kaki. Ini akan memiliki implikasi signifikan untuk penggunaan sumber daya
manusia yang lebih efisien dan efektivitas biaya dalam perawatan luka.
8.
Tele-education
in emergency care (Binks & Benger, 2007). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Telenursing juga bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petugas kesehatan dalam hal ini adalah perawat, terutama petugas
kesehatanmyang bertugas didaerah-daerah terpencil yang kadang sulit diakses
melalui jalan darat karena kondisi geografis yang tidak memungkinkan sehingga
mereka kurang terpapar informasi-informasi maupun pengetahuan terkini menghenai
pelayanan keperawatan. Disini dijelaskan bagaimana telenursing dimanfaatkan
sebagai sarana penambahan wawasan dan pengetahuan mengenai keperawatan gawat
darurat terhadap petugas kesehatan yang
bertugas di daerah terpencil. Dalam Tele-education dapat diterapkan empat
domain pembelajaran, yaitu : 1) pengetahuan, 2) keterampilan, 3) hubungan
(relationship), dan 4) sikap (attituds).
9.
Efficacy of
tele-nursing consultations in rehabilitation after radical prostatectomy: a
randomised controlled trial study (Jensen, Kristensen, Christensen, &
Borre, 2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa terdapat peningkatan angka
dalam insiden kanker prostat menyebabkan tuntutan yang lebih tinggi terhadap
peran perawatan kesehatan masyarakat. Untuk mengatasi kondisi tersebut,
prostatektomi radikal jalur cepat telah diperkenalkan, sehingga waktu rawat
menjadi pendek dan sedikit waktu yang tersedia untuk edukasi terhadap pasien
post op prostektomy, maka pasien dituntut agar mampu melakukan perawatan secara
mandiri melalui bantuan Telenursing. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menyelidiki apakah konsultasi telepon perawat yang dipimpin (TC) dapat
mengoptimalkan sumber daya, rehabilitasi secara aman dan kepuasan pasien dalam
periode pasca-operasi. Penelitian ini merupakan uji coba terkontrol secara acak
prospektif dari 95 pasien baik intervensi atau standar tindak lanjut.
Intervensi yang diberikan adalah TC tambahan 3 hari pasca bedah. Pendidikan
perawatan dan pasien selama rawat inap yang diberikan adalah sama untuk semua pasien.
Data dikumpulkan dari catatan medis dan kuesioner 2 minggu pasca-bedah. Memang
tidak ditemukan perbedaan dalam keberhasilan keseluruhan tentang kepuasan
pasien, rasa aman dan ketidaknyamanan pasca-operasi. Beberapa pasien memiliki
kebutuhan yang belum terpenuhi saat dirawat di rumah sakit sehingga peberian TC
menjadi alternatif pilihan yang baik. Secara umum, pasien cukup terdidik dalam
pengelolaan rehabilitasi awal dan mereka menyatakan kepuasan yang tinggi dan
rasa aman pada periode pasca operasi setelah pulang meskipun tanpa TC. Oleh
karena itu, TC tidak akan menjadi prosedur standar, tetapi hasilnya telah
meningkatkan kesadaran dalam praktek klinis sehari-hari dan dapat dioptimalkan
pemanfaatannya.
10.
Using the
Tele-ICU Care Delivery Model to Build Organizational Performance, Part 1 (Rufo,
2011). Dalam artikel ini dijelaskan bahwa paradigma dalam model pemberian
perawatan saat ini telah bergeser ke arah perbaikan kualitas hidup pasien dan
keamanan perawatan pasien. Tele-health terintegrasi adalah salah satu contoh.
Dengan menggunakan perangkat mobile dan keahlian dari dokter yang berpengalaman
dapat dihubungkan ke lokasi terpencil, sehingga pemberi asuhan keperawatan
didaerah terpencil sekarang dapat menerima bantuan untuk manajemen pasien
secara langsung melalui metode ini. Tele-ICU adalah salah satu contoh dari
penerapan model teknologi yang mempercepat pemecahan masalah klinis dan
pengambilan keputusan, sehingga mempercepat pemberian perawatan kritis dan
akhirnya meningkatkan hasil yang diharapkan.
11.
A second set of
eyes: an introduction to tele-ICU (Goran, 2010). Dalam artikel ini dijelaskan
bahwa Tele-ICU, eICU, virtual ICU, atau pusat ICU terpencil telah diterapkan
dalam perawatan pasien ICU oleh dokter di 28 negara, lebih dari 40 sistem
perawatan kesehatan, dan lebih dari 200 rumah sakit. Meskipun di beberapa tim
perawatan tetap belum terbiasa untuk aplikasikan metode baru ini, sedangkan
yang lain tetap skeptic meskipun rasio biaya perawatan yang bisa ditekan dan
manfaat yang didapat. Namun, dengan perluasan berbagai program dan publikasi
hasil klinis dan fiskal, tele-ICU menjadi lebih diperhatikan dan mengubah
wawasan tentang perawatan klinis.
12.
Home-Based
Telemedicine: A Survey of Ethical Issues (Bauer, 2001). Dalam artikel ini
dikemukakan berupa hasil survey terhadap pemanfatan Telemediciene didapatkan
data bahwa secara ekonomis maupun efektifitasnya boleh dikatakan bagus, karena
dari segi biaya yang harus dikeluarkan relatif rendah, kemudin dari segi
efektifitasnya pasien tidak perlu datang ke tempat pelayanan kesehatan yang
dituju, tetapi cukup hanya dengan berinteraksi melalui Telemediciene maupun
Telenursing pasien sudah dapat terlayani. Namun masalah yang muncul dalam
penilaian ini adalah bahwa mereka tidak mengidentifikasi adanya nilai-nilai moral
maupun implikasi etis dari penerapan metode ini. Oleh sebab itu sebagai
pengguna metode ini hendaknya petugas kesehatan atau perawat yang mengelolanya
harus memilki pemahaman yang luas tentang keilmuan keperawatan itu sendiri
maupun metode Telenursing yang digunakan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dengan penerapan
telenursing dalam memberikan pelayanan keperawatan akan meningkatkan kepuasan
klien dan peningkatan parstisipasi aktif keluarga. Dalam memberikan asuhan
keperawatan secara jarak jauh maka diperlukan kebijakan umum dari pemerintah
untuk mengatur praktek, SOP/standar operasional prosedur, etik dan
profesionalisme, keamanan, kerahasiaan pasien dan jaminan informasi yang
diberikan.
Kegiatan telenursing
membutuhkan integrasi antara startegi dan kebijakan untuk mengembangkan praktek
keperawatan, penyediaan pelayanan asuhan keperawatan, dan sistem pendidikan
serta pelatihan keperawatan.
Untuk dapat
diaplikasikan maka ada beberapa hal yang perlu menjadi perhatian :
1.
Faktor legalitas
2.
Faktor financial
3.
Faktor Skill
4.
Faktor Motivasi
B.
Saran
1.
Telenursing
adalah bagian integral dari telehealth
2.
Telenursing
dapat digunakan untuk memberikan pelayanan keperawatan professional
3.
Telenursing
dapat meningkatkan kemandirian dan kepuasan pasien serta partisipasi aktif
keluarga
4.
Telenursing
efektif digunakan dalam seting perawatan pasien yang mengalami penyakit kronis
dan penyakit yang menyebabkan ketergantungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Martono.(2006). Telenursing (Pelayanan Asuhan
Keperawatan Jarak Jauh) "Alternatif Asuhan Keperawatan Indonesia Menjelang
Indonesia Sehat 2010" dalam http://www.inna-ppni.or.id/
index.php?name=News&file=article&sid=71, diperoleh tanggal 02 Mei 2012
Susan Kay Bohnenkamp, Traditional Versus Telenursing
Outpatient Management of Patients With Cancer With New Ostomi dalam
http://ons.metapress.com/ content/ f662854712557057/, diperoleh tanggal 02 Mei
2012
Wikipedia.(2007). Telenursing, dalam
http://en.wikipedia.org/wiki/telenursing, diperoleh tanggal 02 Mei 2012
http://www.telehealth.ca/imgs/works.gif, diperoleh
tanggal 02 Mei 2012
Bohnenkamp K.S. Lopez. A.M. Blackett A. Traditional
Versus Telenursin Outpatient Management of Patients With Cancer With New
Ostomies. Oncology Nursing Forum. 31;5.
A Brief History of Salsa - Titanium-ART
BalasHapusand other titanium white fennec salsa variations, all t fal titanium created by the very best in unique titanium canteen ways titanium keychain with each serving and unique joico titanium